Merenung duduk sendiri ditengah
keramaian pusat perbelanjaan di kota besar. Aku sangat mengetahui banyak sekali
aktivitas ditempat itu tidak ketinggalan banyaknya orang-orang disana ada yang
berkumpul bareng teman, keluarga, pacar dan lainnya. Atau berbelanja, entahlah
banyak sekali tujuan mereka disini. Mereka tertawa-tawa terbahak-bahak, anak
kecil yang menangis karena merengek-rengek ingin cepat pulang, karena terlalu
lelah. Orang-orang dewasa yang tidak mempedulikan mereka karena terlalu sibuk
dengan kesenangannya. Atau sekumpulan anak remaja yang sedang menjalin kasih
sayang hah! Banyak sekali.
Berbeda dengan aku, aku hanya
bisa duduk sendiri di salah satu meja bundar difood court yang terletak disudut.
Walau yang aku lihat dan yang aku dengar sungguh padat dan ramai, banyaknya aktivitas
disana. Namun aku merasa jiwaku sepi. Yaa memang aku duduk disini karena memang
aku ingin mencari suasana yang segar namun aku tetap merasa sepi.
Sambil ditemani segelas kopi
panas dan cheese cake . Aku duduk manis. Aku merenung bagaimana nasib bayi yang
aku kandung saat ini yang sekarang sudah menginjak tiga bulan. Ayahnya
benar-benar tidak berkeprimanusiaan. Ia tega mencaci dan meninggalkan kami
begitu saja.
Satu tahun yang lalu aku
berkenalan dengan damian. Dia adalah klien di tempatku bekerja, aku menjabat
seorang sekretaris disana. Awalnya kami bertemu karena ada rapat, atasanku
tiba-tiba mendapat telpon dan meminta izin mendadak karena mertuanya, masuk
rumah sakit. Jadi aku ditugaskan untuk membuat janji temu kembali bersama
damian. Nahh dari situ kami mulai mengobrol dan bertukar nomer seluler. Kami
semakin dekat. Dan sering bertemu, keluarga sangat setuju dengan dia. Karena
memang ia sangat mapan, baik dan sangat sopan. Kami juga sudah merencanakan
pernikahan.
Namun sejak aku mengatakan jika
aku hamil. tiga bulan yang lalu, di usia satu minggu kehamilanku. Ia mencaciku
dan sungguh sangat perihhhhh sekali. Dia tega menuduhku telah bercinta dengan
lelaki lain, mulanya aku menolak berhubungan dengan dia, tapi ia terus
meyakinkanku akan segera menikahiku.
Aku tidak pernah berniat
sedikitpun untuk mengugurkan kandunganku ini ataupun bunuh diri. Karena anak
ini tidak salah sedikitpun.
Sejak ia mencampakanku, aku
mengundurkan diri dari tempat kerjaku, aku tidak sanggup harus berhubungan
dengan dia lagi, sungguh perih biarlah ia menyakitiku dan merusak hidupku.
Biarlah tuhan yang membalas atas kebejatan sikapnya.
Dan sekarang aku sudah bekerja
diperusahaan asing.
Tidak ada yang tahu atas
kehamilanku ini, terlebih keluarga besarku.
Aku menopang bebanku sendiri,
sungguh sangat sakittttttt sekali.
***
Setelah hampir dua jam aku duduk
termenung. Tiba-tiba lelaki berkebangsaan asing mendekatiku.
“Permisi?” suaranya nyaris membuatku
terkejut, kenapa tidak. Aku sedang melamun dari tadi.
“aku lihat daritadi dari
kejauhan. Kau sendiri terus. Apakah kau sedang menunggu seseorang?” tanya dia
“bolehkah aku duduk disini?” sambil memegang kursi. mataku menyipit.
“Hai, apakah kau baik-baik saja?”
tanya dia sekali lagi, mencoba meyakinkanku, apakah aku dalam keadaan
baik-baik. Dan akupun mengangguk.
Akhirnya dia langsung membuka
kursi yang sedang tersembunyi dibawah meja. Ia pun terus melihatku. Oh tuhan
kenapa dia menghampiriku.
“maaf jika aku seperti sok tahu
padamu” senyumnya
“perkenalkan aku George, siapa
namamu?” sambil mengulurkan tangannya
“Tiara” jawabku dengan singkat
“sudah dua jam aku berada disini,
awalnya aku sedang menunggu muridku untuk les denganku. Tapi satu jam setengah
yang lalu orang tuanya menghubungiku karena muridku tidak bisa hadir sore ini
karena mendadak demam, Aku seorang guru
privat bahasa inggris”
“Sudah satu jam lebih, aku
memperhatikanmu duduk sendiri disini. Apakah kau sedang ada masalah? Mm-mmaaf
jika aku lancang padamu. Tapi aku paling tidak suka melihat wanita sedih
seperti apa yang kamu lakukan saat ini, hatiku langsung terenyuh. Apakah kau
baik-baik saja tiara?” jelasnya.
“mengapa ia begitu peduli
denganku. Siapa dia yaa tuhan” meringisku dalam hati
Aku masih terus terdiam,
membungkam dan membisu. Aku tidak tahu, apa yang harus aku bicarakan padanya.
Karena ia begitu asing bagiku. Takut-takut ia akan membuat criminal padaku.
Waspada harus aku utamakan.
“hmm, baiklah jika kau tidak
ingin berbicara denganku. Itu sangatlah wajar, karena kita baru saja bertemu
dan berkenalan. Aku akan hargai itu. Tapi aku mohon izinkan aku, untuk
menemanimu disini. Aku tidak ingin kau duduk sendiri disini, apakah kau tidak
keberatan?” tanyanya sekali lagi, dan akupun masih terdiam.
Satu jam lamanya kita duduk
berdua, kami hanya diam-diam. Tapi sesekali ia bicara padaku. Tentang
asal-usulnya, kenapa ia ada di Indonesia dan menjadi guru bahasa inggris. Tapi
ia tak jera jika aku hanya mendengarkannya saja, persis seperti tidak perduli
dengan apa yang ia ucapkan.
Tapi tidak tahu kenapa aku malah
tidak sedikitpun bergegas untuk meninggalkannya, aku malah tertarik dengan
ceritanya.
Menit demi menit kami bersama,
akhirnya aku mengobrol dengannya.
Dari perkenalan itu, kami
langsung akrab dan semakin berlanjut. Aku tidak menyangka aku merasa nyaman
jika bersamanya.
Satu bulan lamanya aku dekat dengan
George. aku tak mampu untuk menutupi janin yang aku kandung ini, yang semakin
hari semakin membesar. Aku menceritakan semuanya pada dirinya. Tidak
disangka-sangka ia menyatakan cinta padaku dan berjanji akan tetap selalu
menjaga melindungiku dan calon bayi yang aku kandung dan akan menjadi serang
ayah bagi anakku kelak.
“kenapa kau sungguh baik padaku
George? Dari awal kita bertemu, kau sungguh perduli dan memperhatikanku. Kau
sudah tau bukan, aku bukan seorang gadis lagi?” Tangisku meringis
“aku tidak perduli jika kau bukan
gadis lagi, dan aku tidak peduli jika kau sedang hamil meski bukan perbuatan
aku, aku akan terima kamu apa adanya, karena aku mencintaimu tiara. Dari awal
kita bertemu aku langsung jatuh hati padamu, entahlah. Mungkin ini yang namanya
jodoh dari tuhan” jelasnya sambil memeluk dan mencium rambutku.
George adalah seorang
berkebangsaan Australia, keluarganya menetap di perth. Tiga tahun yang lalu ia
datang ke Indonesia, karena ia sangat suka dengan Indonesia. Awalnya ia hanya
berlibur di indonesia. Tapi lambat laun ia ingin bekerja di indonesia. Dan
salah satu temannya meminta george untuk mengajar di sekolah internatioanal di
jakarta. Dan ia menyanggupinya. Sudah dua tahun sudah ia menjadi seorang guru
bahasa inggris untuk kelas teenagers dan bahasa indonesia dia lumayan bagus.
George memang tidak semapan
damian. Tapi ia sungguh baik dan perhatian padaku.
Dari awal kedatangan george ke
rumahku dan bertemu dengan keluargaku, mereka malah tidak menyukainya. Mereka
terus membanding-bandingkan george dengan damian.
"Apa yang kau lihat TIARA
dari bule kere itu, yang ia punya hanyalah motor butut yang sudah usang"
Desis mereka, oh tuhan sungguh
sakit sekali aku mendengar perkataan mereka.
Keluargaku tidak tahu tentang
kebejatan damian terhadapku, andai saja mereka tahu bagaimana damian. Pasti
mereka sungguh membencinya dan menerima george ada disampingku
Dan george mengetahui bahwa aku
memang tidak cerita tentang damian. Dan ia tidak memaksaku untuk bercerita
tentang damian. Dia hanya tersenyum.
Yaa ampun terbuat dari apa
hatinya george yaa tuhan. Bantu aku agar mampu bercerita tentang damian kepada
keluargaku.
Dan suatu hari,
Adikku yang bernama essa meminta
bantuan padaku.
"Kak tiara, aku minta uang
rp.500.000. Aku ingin mengikuti festival band di sekolahku bersama
teman-teman"
"Banyak sekali essa, kau
pikir uang rp. 500.000 itu tidak sedikit???" Aku marah padanya
"gampang sekali kau berbicara seperti itu? Kalau kau ingin mengikuti
festival itu, seharusnya kau dan team mu itu berusaha mencari. Jangan kau minta
seperti ini, memang kakak banyak uang?heuh?" Kesalku.
"Hmm, andai saja masih ada
kak damian pasti aku akan meminta padanya, dan ia dengan mudahnya memberiku
uang malah dilebihkan, tapi kakak malah memilih bule kere itu"
"Kau keterlaluan ESSA
!" Aku semakin marah
"Jangan kau
membanding-bandingkan george dengan lelaki bejat itu. Kau tidak tahu apa yang
terjadi" tambahku
"Iyah kan, kakak
bodoh!"
"Harus aku akui, bahwa aku
sedang hamil 4bulan dan kau tahu siapa yang melakukannya? Itu DAMIAAAAN! Damian
tidak mau bertanggung jawab dan tega menuduhku aku berbuat dengan lelaki lain,
hah!?" Aku menangis
"Kak tiara?"
"Oh tuhaaaaaan! Kenapa kau
tidak pernah cerita? Kenapa kak? Biar aku dan teman-temanku menghajarnya hingga
ia jera. Aku sungguh minta maaf kak, aku mohon kakak janganlah bersedih"
Tangisnya dan sambil memelukku.
"Kakak, aku sungguh
menyesal, aku akan menghampiri lelaki yang tega menyakitimu. Aku tidak relaaa
sungguh, kakakku diperlakukan seperti ini"
"Cukup essa! Cukup, aku
tidak mau kau menghajarnya. Biarkanlah saja, biar tuhan yang membalas. Aku
sudah cukup bahagia dengan george dan ia janji akan menikahiku dan menjadi
bapak dari anakku ini" tangisku sambil mengusap kandunganku.
"Aku harus meminta maaf pada
george, kakak maafkan aku. Maafkan aku"
"Sudah kakak maafkan. Kau
harus bersikap baik dengan george, meskipun ia tidak semapan damian tapi jauh
lebih baik dari damian, ia memiliki hati yang sungguh baik"
Sejak kejadian itu, keluargaku
sangat menyukai george dan kamipun menikah dengan bahagia. Dan sudah mempunyai
dua anak.
Terima kasih tuhan. Kau berikan
kebahagiaan diakhir penderitaanku. Aku percaya bahwa dibalik musibah akan ada
hikmah.
**end**