Sunday, March 10, 2013

PENDERITAAN AWAL DARI KEBAHAGIAAN


Merenung duduk sendiri ditengah keramaian pusat perbelanjaan di kota besar. Aku sangat mengetahui banyak sekali aktivitas ditempat itu tidak ketinggalan banyaknya orang-orang disana ada yang berkumpul bareng teman, keluarga, pacar dan lainnya. Atau berbelanja, entahlah banyak sekali tujuan mereka disini. Mereka tertawa-tawa terbahak-bahak, anak kecil yang menangis karena merengek-rengek ingin cepat pulang, karena terlalu lelah. Orang-orang dewasa yang tidak mempedulikan mereka karena terlalu sibuk dengan kesenangannya. Atau sekumpulan anak remaja yang sedang menjalin kasih sayang hah! Banyak sekali.

Berbeda dengan aku, aku hanya bisa duduk sendiri di salah satu meja bundar difood court yang terletak disudut. Walau yang aku lihat dan yang aku dengar sungguh padat dan ramai, banyaknya aktivitas disana. Namun aku merasa jiwaku sepi. Yaa memang aku duduk disini karena memang aku ingin mencari suasana yang segar namun aku tetap merasa sepi.

Sambil ditemani segelas kopi panas dan cheese cake . Aku duduk manis. Aku merenung bagaimana nasib bayi yang aku kandung saat ini yang sekarang sudah menginjak tiga bulan. Ayahnya benar-benar tidak berkeprimanusiaan. Ia tega mencaci dan meninggalkan kami begitu saja.

Satu tahun yang lalu aku berkenalan dengan damian. Dia adalah klien di tempatku bekerja, aku menjabat seorang sekretaris disana. Awalnya kami bertemu karena ada rapat, atasanku tiba-tiba mendapat telpon dan meminta izin mendadak karena mertuanya, masuk rumah sakit. Jadi aku ditugaskan untuk membuat janji temu kembali bersama damian. Nahh dari situ kami mulai mengobrol dan bertukar nomer seluler. Kami semakin dekat. Dan sering bertemu, keluarga sangat setuju dengan dia. Karena memang ia sangat mapan, baik dan sangat sopan. Kami juga sudah merencanakan pernikahan.

Namun sejak aku mengatakan jika aku hamil. tiga bulan yang lalu, di usia satu minggu kehamilanku. Ia mencaciku dan sungguh sangat perihhhhh sekali. Dia tega menuduhku telah bercinta dengan lelaki lain, mulanya aku menolak berhubungan dengan dia, tapi ia terus meyakinkanku akan segera menikahiku.
Aku tidak pernah berniat sedikitpun untuk mengugurkan kandunganku ini ataupun bunuh diri. Karena anak ini tidak salah sedikitpun.

Sejak ia mencampakanku, aku mengundurkan diri dari tempat kerjaku, aku tidak sanggup harus berhubungan dengan dia lagi, sungguh perih biarlah ia menyakitiku dan merusak hidupku. Biarlah tuhan yang membalas atas kebejatan sikapnya.

Dan sekarang aku sudah bekerja diperusahaan asing.
Tidak ada yang tahu atas kehamilanku ini, terlebih keluarga besarku.
Aku menopang bebanku sendiri, sungguh sangat sakittttttt sekali.

***

Setelah hampir dua jam aku duduk termenung. Tiba-tiba lelaki berkebangsaan asing mendekatiku.
“Permisi?” suaranya nyaris membuatku terkejut, kenapa tidak. Aku sedang melamun dari tadi.

“aku lihat daritadi dari kejauhan. Kau sendiri terus. Apakah kau sedang menunggu seseorang?” tanya dia “bolehkah aku duduk disini?” sambil memegang kursi. mataku menyipit.
“Hai, apakah kau baik-baik saja?” tanya dia sekali lagi, mencoba meyakinkanku, apakah aku dalam keadaan baik-baik. Dan akupun mengangguk.

Akhirnya dia langsung membuka kursi yang sedang tersembunyi dibawah meja. Ia pun terus melihatku. Oh tuhan kenapa dia menghampiriku.

“maaf jika aku seperti sok tahu padamu” senyumnya
“perkenalkan aku George, siapa namamu?” sambil mengulurkan tangannya
“Tiara” jawabku dengan singkat

“sudah dua jam aku berada disini, awalnya aku sedang menunggu muridku untuk les denganku. Tapi satu jam setengah yang lalu orang tuanya menghubungiku karena muridku tidak bisa hadir sore ini karena mendadak demam,  Aku seorang guru privat bahasa inggris”

“Sudah satu jam lebih, aku memperhatikanmu duduk sendiri disini. Apakah kau sedang ada masalah? Mm-mmaaf jika aku lancang padamu. Tapi aku paling tidak suka melihat wanita sedih seperti apa yang kamu lakukan saat ini, hatiku langsung terenyuh. Apakah kau baik-baik saja tiara?” jelasnya.

“mengapa ia begitu peduli denganku. Siapa dia yaa tuhan” meringisku dalam hati
Aku masih terus terdiam, membungkam dan membisu. Aku tidak tahu, apa yang harus aku bicarakan padanya. Karena ia begitu asing bagiku. Takut-takut ia akan membuat criminal padaku. Waspada harus aku utamakan.

“hmm, baiklah jika kau tidak ingin berbicara denganku. Itu sangatlah wajar, karena kita baru saja bertemu dan berkenalan. Aku akan hargai itu. Tapi aku mohon izinkan aku, untuk menemanimu disini. Aku tidak ingin kau duduk sendiri disini, apakah kau tidak keberatan?” tanyanya sekali lagi, dan akupun masih terdiam.
Satu jam lamanya kita duduk berdua, kami hanya diam-diam. Tapi sesekali ia bicara padaku. Tentang asal-usulnya, kenapa ia ada di Indonesia dan menjadi guru bahasa inggris. Tapi ia tak jera jika aku hanya mendengarkannya saja, persis seperti tidak perduli dengan apa yang ia ucapkan.

Tapi tidak tahu kenapa aku malah tidak sedikitpun bergegas untuk meninggalkannya, aku malah tertarik dengan ceritanya.
Menit demi menit kami bersama, akhirnya aku mengobrol dengannya.
Dari perkenalan itu, kami langsung akrab dan semakin berlanjut. Aku tidak menyangka aku merasa nyaman jika bersamanya.

Satu bulan lamanya aku dekat dengan George. aku tak mampu untuk menutupi janin yang aku kandung ini, yang semakin hari semakin membesar. Aku menceritakan semuanya pada dirinya. Tidak disangka-sangka ia menyatakan cinta padaku dan berjanji akan tetap selalu menjaga melindungiku dan calon bayi yang aku kandung dan akan menjadi serang ayah bagi anakku kelak.

“kenapa kau sungguh baik padaku George? Dari awal kita bertemu, kau sungguh perduli dan memperhatikanku. Kau sudah tau bukan, aku bukan seorang gadis lagi?” Tangisku meringis

“aku tidak perduli jika kau bukan gadis lagi, dan aku tidak peduli jika kau sedang hamil meski bukan perbuatan aku, aku akan terima kamu apa adanya, karena aku mencintaimu tiara. Dari awal kita bertemu aku langsung jatuh hati padamu, entahlah. Mungkin ini yang namanya jodoh dari tuhan” jelasnya sambil memeluk dan mencium rambutku.

George adalah seorang berkebangsaan Australia, keluarganya menetap di perth. Tiga tahun yang lalu ia datang ke Indonesia, karena ia sangat suka dengan Indonesia. Awalnya ia hanya berlibur di indonesia. Tapi lambat laun ia ingin bekerja di indonesia. Dan salah satu temannya meminta george untuk mengajar di sekolah internatioanal di jakarta. Dan ia menyanggupinya. Sudah dua tahun sudah ia menjadi seorang guru bahasa inggris untuk kelas teenagers dan bahasa indonesia dia lumayan bagus.

George memang tidak semapan damian. Tapi ia sungguh baik dan perhatian padaku.
Dari awal kedatangan george ke rumahku dan bertemu dengan keluargaku, mereka malah tidak menyukainya. Mereka terus membanding-bandingkan george dengan damian.

"Apa yang kau lihat TIARA dari bule kere itu, yang ia punya hanyalah motor butut yang sudah usang"
Desis mereka, oh tuhan sungguh sakit sekali aku mendengar perkataan mereka.

Keluargaku tidak tahu tentang kebejatan damian terhadapku, andai saja mereka tahu bagaimana damian. Pasti mereka sungguh membencinya dan menerima george ada disampingku
Dan george mengetahui bahwa aku memang tidak cerita tentang damian. Dan ia tidak memaksaku untuk bercerita tentang damian. Dia hanya tersenyum.

Yaa ampun terbuat dari apa hatinya george yaa tuhan. Bantu aku agar mampu bercerita tentang damian kepada keluargaku.

Dan suatu hari,
Adikku yang bernama essa meminta bantuan padaku.
"Kak tiara, aku minta uang rp.500.000. Aku ingin mengikuti festival band di sekolahku bersama teman-teman"

"Banyak sekali essa, kau pikir uang rp. 500.000 itu tidak sedikit???" Aku marah padanya "gampang sekali kau berbicara seperti itu? Kalau kau ingin mengikuti festival itu, seharusnya kau dan team mu itu berusaha mencari. Jangan kau minta seperti ini, memang kakak banyak uang?heuh?" Kesalku.

"Hmm, andai saja masih ada kak damian pasti aku akan meminta padanya, dan ia dengan mudahnya memberiku uang malah dilebihkan, tapi kakak malah memilih bule kere itu"

"Kau keterlaluan ESSA !" Aku semakin marah

"Jangan kau membanding-bandingkan george dengan lelaki bejat itu. Kau tidak tahu apa yang terjadi" tambahku

"Iyah kan, kakak bodoh!"

"Harus aku akui, bahwa aku sedang hamil 4bulan dan kau tahu siapa yang melakukannya? Itu DAMIAAAAN! Damian tidak mau bertanggung jawab dan tega menuduhku aku berbuat dengan lelaki lain, hah!?" Aku menangis

"Kak tiara?"
"Oh tuhaaaaaan! Kenapa kau tidak pernah cerita? Kenapa kak? Biar aku dan teman-temanku menghajarnya hingga ia jera. Aku sungguh minta maaf kak, aku mohon kakak janganlah bersedih"
Tangisnya dan sambil memelukku.
"Kakak, aku sungguh menyesal, aku akan menghampiri lelaki yang tega menyakitimu. Aku tidak relaaa sungguh, kakakku diperlakukan seperti ini"

"Cukup essa! Cukup, aku tidak mau kau menghajarnya. Biarkanlah saja, biar tuhan yang membalas. Aku sudah cukup bahagia dengan george dan ia janji akan menikahiku dan menjadi bapak dari anakku ini" tangisku sambil mengusap kandunganku.
"Aku harus meminta maaf pada george, kakak maafkan aku. Maafkan aku"
"Sudah kakak maafkan. Kau harus bersikap baik dengan george, meskipun ia tidak semapan damian tapi jauh lebih baik dari damian, ia memiliki hati yang sungguh baik"

Sejak kejadian itu, keluargaku sangat menyukai george dan kamipun menikah dengan bahagia. Dan sudah mempunyai dua anak.

Terima kasih tuhan. Kau berikan kebahagiaan diakhir penderitaanku. Aku percaya bahwa dibalik musibah akan ada hikmah.
**end**

Friday, June 22, 2012

AKU SIAPA?



Perkenalkan namaku Radhit Renjana 22 tahun , Aku seorang laki – laki yang terlahir dari hubungan orang tua yang tidak harmonis, cukup dibilang orang tuaku sudah bercerai ketika aku masih berumur satu tahun. Mereka menitipkanku pada nenekku di daerah, mereka pergi dan tidak datang kembali, ego mereka satu sama lain tidak bisa dihentikan.

Selama ini, aku dirawat dan dibesarkan oleh nenek yang sangat baik padaku. Ia rela merawat dan melindungiku dengan penuh kasih cinta dan tulus, walau ia harus bekerja keras membiayaiku sekolah dan sehari-harinya. Aku sangat berjasa padanya, aku berjanji akan membanggakan dan membahagiakan kelak.

Aku dibesarkan bukan dari cinta kasih seorang ayah dan ibu.

Setiap kali pembagian rapor ketika aku masih duduk di sekolah dasar, aku iri pada mereka teman-temanku yang kala itu didampingi oleh orang tuanya, bermanja-manja dan lainnya. Aku hanya bisa merasakan kasih sayang seorang nenek saja. Setiap kali pembagian rapor nenekku yang selalu hadir.
Ketika aku beranjak remaja. Kenakalanku dimulai pada saat SMP. Jiwa pemberontak mulai aku lakukan. aku mulai mencoba yang namanya rokok, minum-minuman beralkohol dan kenakalan lainnya. aku meluapkan kesedihanku, aku ingin tahu, seperti apa. Orang tuaku yang tega meninggalkan aku ketika masih bayi. Salah aku apa hingga aku serayak tidak berguna.

Akupun mulai penasaran, apa itu perceraian?

Aku mulai mencari dimana aku harus menemukan arti perceraian.
Aku luapkan kemarahanku pada setiap wanita, aku bersenang-senang,  aku berhubungan dengan banyak wanita. Aku bahagia. Aku merasa ini bisa menjadi tenang.

Hingga aku kuliah, kebiasaanku seperti itu aku bawa.
Kuliahku tidak sampai tamat hanya sampai semester dua,

***
Ketika dua tahun yang lalu, saat aku baru pulang main bersama teman-temanku. Aku tiba dirumah

Saat itu diteras depan terdapat seorang laki-laki yang berbadan besar dan berusia lanjut yang sedang mengobrol dengan nenekku.

Dia melihatku hingga berkaca-kaca dan hingga meneteskan air mata.
Dia menghampiriku dengan jarak satu meter.

“radhit? Kau kah ini?” berderai air mata “anakku, ini bapak nak?” isaknya.
Aku terkejut, tiba-tiba saja orang belum pernah aku temui, mengaku-ngaku sebagai ayahku.

Akupun langsung menarik tangan nenek, dan berbicara didalam rumah.
“Nek, siapa laki-laki itu? Siapa nek? Apakah benar ia ayah kandungku yang rela pergi meninggalkanku hah?” aku berteriak dan sangat emosi.
“Cu, yaa benar ia adalah ayahmu, ayah kandungmu” tangisnya
Aku diam sejenak dan mengambil napas dalam-dalam
Akupun langsung meninggalkan nenek dan pergi dari rumah lewat pintu belakang tanpa pamit.

Aku langsung menyendiri di sunyinya hari. Dan akupun langsung meneggak minuman beralkohol sebanyak-banyaknya dan seakan mencari ketenangan kehidupan. Duduk disudut tak peduli lagi dengan keramaian dunia.
Sungguh hancur diriku, sehancur-hancurnya.
Malam yang dingin, petir yang menyambar dan hujan yang deras, seakan langitpun tahu jika aku sedang kecewa dan sangat marah.

***
Selang beberapa bulan
Mungkin nenekku sangat prihatin dengan keadaanku selama beberapa hari , ia pun tak tega melihatku, akhirnya ia, memberiku secarik kertas yang bertuliskan alamat ibu kandungku.

Akupun tak menunggu lama, langsung mengambil tas dan baju hangat untuk pergi ke kota, menghampiri ibu kandungku.
Aku tiba keesokan harinya,  didepan rumah, tempat tinggal dimana ibu kandungku tinggal.

Aku langsung bertemu dengan seorang ibu yang sangat cantik, rambut panjang dan sangat terlihat ramah. Aku rasa dialah orangnya,  karena iapun melihat aku dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Tak banyak omongan, dan tanpa kata. Aku langsung diajak masuk kedalam rumahnya.

Ia langsung mencium dan memelukku dengan hangat sangaaat hangat.
“Oh tuhah, berjanjilah padaku untuk satukan kami. Jangan biarkan genggaman dan pelukannya pergi lagi”  isakku dalam hati.

Kami pun saling menangis dengan air mata yang membanjiri tulang pipi.
Akhirnya suasana sunyi senyap, dibuka dengan ibu kandungku. Dia bercerita bahwa ia sudah menikah lagi, dan sudah mempunyai anak.

Wajahku pun tidak berekspresi apapun, aku tak peduli. Yang penting. Saat ini hanyalah bersamanya setelah berpuluh-puluh tahun, akhirnya aku bisa melihat ibu kandungku, mencium aroma tubuhnya, memegang tangannya dan memeluk ibu ku dengan erat.

****
Akupun menginap dirumah ibuku tapi tidak lama-lama, karena akupun ada kerjaan. Akupun akhirnya pulang ketempat nenekku.

Selama diperjalanan aku merasa seperti mimpi dapat bertemu dengan ibu kandungku, senyumku sumringah bukan kebayang.

Ketika aku hendak berjalan kaki menuju rumah nenek, aku melewati masjid dan mendengar suara lantunan adzan. Aku merasa aku belum pernah mendengar senyaman dan seindah ini. Karena memang, aku dulu belum dekat dengan tuhan, aku tidak pernah mengerjakan sholat ataupun mengaji, karena memang aku dulu sempat tidak peduli. Aktivitasku hanyalah bermain bermain dan bermain.

Akupun memberanikan diri untuk duduk di teras masjid. Suara lantunan adzan semakin keras terdengar ke telingaku. Aku duduk disudut. Aku menangis, aku merenung, kenapa aku tidak pernah menjalankan perintahnya, kenapa? Kenapa?

Salah satu jemaah menghampiriku dan mengajak aku untuk sholat maghrib berjamaah. Aku bingung bukan kepalang, karena aku tidak tahu bacaan  dan gerakan sholat.

“aku tidak bisa sholat pak?” menatap sambil meringis

“tidak masalah, ikuti saja dulu. Baru nanti pelajari” senyumnya yang begitu damai

Sebelum aku sholat, aku diajak berwudhu sebelumnya. Katanya untuk mensucikan diri, lalu aku mengikuti gerakan-gerakan yang ia lakukan.

Sholatpun dimulai, sama seperti berwudhu tadi, aku hanya mengikuti gerakan-gerakan mereka (jamaah) saja tanpa mengeluarkan bacaan-bacaan sholat. Setelah selesai sholat akupun meminta ampunan pada tuhan begitu berdosa dan sangat berdosa. Akupun tak menyadari berlinangan air mata.

Dan dari sejak itu, aku mulai meninggalkan kebiasaan lama ku, aku mulai belajar tentang agamaku, setiap sholat aku tak lupa bawa buku dan mengikuti bacaan dan gerakan yang tertera jelas dibuku, aku juga berteman dengan para santri (pelajar pesantren) untuk diajarkan, berwudhu, sholat, ngaji, dzikir dan semua tentang agamaku.

Aku mulai dekat dengan tuhan. Sedikit-sedikit aku mulai bisa. Dan taat pada tuhan untuk menjalankan semua perintahnya.

Kesibukanku pun saat ini, hanya bekerja dan bekerja. Aku sengaja meminta pada atasanku untuk bersibuk ria, karena aku tidak mau masa mudaku lebih hancur dari masa laluku.

Dan saat ini, aku sudah mempunyai banyak bawahan.

***

Sekarang aku sudah cukup dewasa, sudah mengerti baik dan buruknya untuk masa depanku nanti. semua pilihan ada ditanganku.

jika aku ingin bahagia, berarti aku harus mencari kebahagiaan

jika hidup ku tidak benar, aku juga yang merasakan.

biarlah orang tua ku sudah berpisah dan tak mungkin bersatu lagi, tapi aku tetap menerima mereka. akan aku buang jauh-jauh DENDAM yang selama ini aku lakukan dan rasakan.

Perasaan itu hanya sia-sia saja untuk dipikirkan, sekarang yang aku pikirkan. bagaimana kehidupanku kedepannya dan membina keluarga kecil yang bahagia, aku bersumpah anak-anakku kelak jangan pernah merasakan hal yang serupa denganku.

________________________________ END____________________________