Sunday, February 12, 2012

Kesetiaan Hingga Nafas Berhenti


Terkisah pasangan yang setia hingga maut menjemput.

Bermula dari awal pertemuan dimasa tahun 70-an tepatnya ditanggal 14Februari 1972, Ray dan anna. Mereka dijodohkan oleh orang tuanya. Mereka sebelumnya belum pernah mengenal dan  sama sekali belum pernah bertemu. Namun karena mereka menyetujui kesepakatan orang tuanya, merekapun menyanggupinya.

Selang dua bulan merekapun berjanji sehidup semati dengan jalinan pernikahan. Mereka hidup bahagia rukun dan damai. Ray dan Anna berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk pasangannya, merekapun saling mencintai.

Diusia pernikahannya yang sudah menginjak 10 tahun namun mereka belum dikarunia anak. Teman-teman kantor ray membicarakan dan sedikit demi sedikit menyinggung perasaannya.

Ketika di sela-sela jam kerja di ruangan.

 “hey, ku dengar isterimu baru melahirkan anak ketigamu yaa jim?” Tanya salah seorang temannya kepada jimi yang baru mendapatkkan anak yang ketiganya.

“iyah ton, semalam jam 02.00 dini hari isteriku melahirkan anak ketigaku, Alhamdulillah perempuan”

“Wah selamat dong jim, dua jagoan ditambah terakhir putri. pasti kakak-kakaknya melindungi anakmu yang ketiga sebagai putri” celetuk salah satu temannya lagi

“haha bisa saja kamu ndre”

“hey ray, kau tidak iri…. Jimi sudah mempunyai tiga anak di usia perkawinannya yang ketujuh tahun”

“iyah, kamu dan isterimu kapan mendapatkan momongan, sudah 10 tahun menikah namun belum dikarunia anak. Doa kalian tidak didengar oleh tuhan kali hahhaa atau mungkin action-nya kurang bagus hahhah. Kau harus belajar itu dengan jimi”

“hahhahha” semua teman kantornya menertawakan omongan anton

Dan ray pun menghiraukan celetukan teman-temannya dengan senyuman

“kenapa kau hanya bisa tersenyum ray” Tanya jimi

“Tuhan sudah mengatur semuanya, mungkin saat ini aku dan isteri ku belum dapat dikarunia anak dulu. Kita masih terus berusaha untuk mewujudkannya ko” hela nafas “aku dan isteriku masih terus belajar dan mempelajari untuk menjadi orang tua yang baik dan bisa mendidik serta memberi contoh yang baik pula kelak kami tidak mengecewakan tuhan karena sudah menitipkan anak pada kami”

Mendengar pernyataan ray, semua teman-temannya hanya bisa diam terpaku.

***
Ditempat yang berbeda, selesai senam anna dihampiri teman-tema klub olahraganya.

“jeung anna, aku punya orang pintar untuk bisa cepat mendapatkan anak”

“iyah jeung, ini bagus lho ponakanku yang sudah tiga tahun tidak mempunyai anak. Setelah berobat ke ki agus langsung menghasilkan” sambil memberikan satu lembar brosur pengobatan alternative kepada anna.

“Terima kasih jeung atas informasinya” sambil memegang brosur dan meletakkannya ke dada

“kamu harus coba jeung” pinta salah satu temannya

“iyah jeung, aku dan suamiku akan membicarakan hal ini” karena anna takut ditanya macam-macam lagi. Anna pun meninggalkan mereka “maaf jeung saya pulang duluan. Saya ada janji dengan mertuaku” sambil memasukkan handuk dan tempat minumnya kedalam tasnya.

“jeung, jangan tunda lagi. Pertimbangkan, apakah kau tidak iri dengan yang sudah mempunyai anak. Apalagi di usia kalian yang sudah lama menikah” teriak temannya sambil duduk dan sedang mengelap keringat dengan handuk kecilnya.

***
Ketika malam tiba, ray dan anna sedang makan malam bersama dirumah.

Dan setelah makan anna langsung mengambil brosur yang tadi siang diberikan oleh temannya di kantong roknya yang sudah terlipat-lipat.

“Mas, tadi pagi setelah aku senam. Temanku memberikan ini” sambil memperlihatkan brosur “Ponakan jeung ari sudah tiga tahun tidak dikarunia anak. Tapi setelah berobat kesini, Ia langsung mempunyai anak. Apa nda kita coba aja mas” desah anna sambil menyodorkan brosur ke meja suaminya.

Dan tanpa membaca brosurnya, Ray pun berbicara

“Sudah berpuluh kali bahkan ratusan kali dik, kita konsultasi dan berobat dengan dokter dan lainnya. Kita juga tak henti-hentinya berdoa, setiap malam kitapun sudah memanjatkan doa pada-NYA. Aku hanya bisa berserah diri saja dik. Kaupun harus seperti itu, kita tidak tahu rencana tuhan”

“Iyah mas, aku tahu” jawab anna

“Mas, aku boleh berbicara sesuatu?”

“Ada apa dik?”

“aku rela, jika mas menikah lagi. Aku tidak mau kau tersiksa karena aku tidak membahagiakanmu” desah anna

“kenapa kau berbicara demikian? kenapa dik? Aku bahagia hidup denganmu, aku sangat mencintaimu. Aku ikhlas jika memang tuhan tidak memberikan kita keturunan. Jangan sekali-kali lagi kau berbicara seperti itu lagi dik. Sungguh aku sangat mencintaimu” sambil memegang tangan anna dengan erat ray meyakinkan anna.

“Tapi setidaknya, aku lebih tersiksa jikalau kau seperti ini. Aku tahu, pasti teman-teman dikantormu pun mengolok-olokanmu. Walau kau tidak pernah cerita denganku. Tapi aku mengetahuinya mas” dengan mengeluarkan air mata annapun menangis

“Sayang, dengar… apapun yang terjadi aku akan terus mencintaimu dan menerima apapun yang ada didirimu. Aku tidak akan pernah bisa menomor duakanmu. Demi tuhan aku ikhlas dik jika tuhan tidak memberikan anak darimu” karena ray tahu isterinya sangat kecewa dan depresi berat ia pun coba menenangkan hati isteri tercintanya dan memeluk anna dengan sangat erat.

Dan akhirnya anna pun tenang dan tidak bisa berkata apa-apa yang ada hanyalah mempereratkan pelukannya dengan air mata.

***
Di usia pernikahannya yang menginjak 20 tahun.

Anna mengidap penyakit kanker otak, karena penyakit anna semakin parah ray pun dengan terpaksa meninggalkan pekerjaan demi merawat anna seorang diri. Karena ia mempunyai tabungan yang cukup, ia pun tidak ragu lagi untuk meninggalkan pekerjaannya demi perempuan yang dicintainya.

Setiap saat ia tidak pernah absen untuk bersama isterinya, sering kali ray membuat lelucon agar isterinya tertawa lepas. Karena ia ingin sekali anna bahagia walaupun ia mengidap penyakit yang serius.

Semakin terlihat mesra mereka berdua menjalani sisa-sisa hari tuanya walau belum juga tidak dikarunia anak.

Di sela-sela kemesraannya annapun berbicara

“kek, Jika nenek sudah tidak ada lagi didunia dan lebih dulu meninggalkan kakek. Apa yang akan dilakukan kakek?” Tanya anna

“aku akan menunggu tuhan, memanggil aku dan menghabiskan sisa hidupku seperti berkebun dan mengenangmu nek”

“tidakkah kau berniat untuk menikah lagi?”

Mendengar pertanyaan anna, ray pun tertawa geli

“hahaha ada-ada saja kau ini nek, mana ada yang mau dengan kakek-kakek yang sudah bau tanah ini” ray pun tertawa lepas sambil menyikut tangan anna yang terlihat genit

“loh kakek ko tertawa? Aku Tanya serius mbok yaa dijawab serius gitu” agak sedikit kesal anna berbicara

“udahlah nek, kita nikmatin saja masa tua kita ini. Kakek sangat mencintai nenek. Ini….” tunjuk ray kearah dada nenek.

“akupun mencintai kakek yang banyak sekali ubannya hahaha”

Merekapun saling tertawa dan terlihat sangat bahagia. Mengingat mereka yang sudah tidak muda lagi namun mereka masih terlihat mesra.

***
Selang tiga hari.

Ketika pagi menjelang raypun bergegas bangun untuk membuatkan nenek secangkir susu. Setelah membuatkan susu. Raypun membangunkan Anna.

“Sayang, bangun ayoooo. Sudah pagi ini” sentuh tangannya ke anna
Karena belum terbangun juga raypun meletakkan secangkir susu ke meja samping anna tidur dan meninggalkan anna menuju teras

30 menit kemudian, karena tidak seperti biasanya anna belum bangun tepat jam 05.30 pagi
Raypun menghampiri anna ke tempat tidurnya

“nenek sayang, tidak biasanya kau belum bangun. Lelap sekali tidurmu. Atau jangan-jangan kau ingin mengagetkanku persis beberapa hari lalu hayooo” goda ray sambil tersenyum

Lima menit ia pun masih memandang wajah anna, namun anna belum terbangun-bangun juga. Raypun khawatir dengan keadaannya dan langsung menyodorkan tangannya dan memeriksa nafas dan denyut nadi anna.

Dan sontak raypun teriak “NENEEEEEEEEEEEEK !”

Anna menghembuskan nafas terakhirnya.

Annapun meninggalkan secarik kertas bertuliskan dibawah bantalnya

Dear Kakek tersayang.

Terima kasih sudah membuat nenek bahagia, menjaga dan melindungi nenek sampai nenek tidak bernafas lagi. Nenek adalah perempuan beruntung mempunyai kakek yang sangat mencintai nenek.
Maafkan nenek tidak bisa memberikan Ray & Anna Junior.
ICH LIEBE DICH 

Love,

Nenek

Setelah membaca sepenggal surat dari anna, raypun tidak bisa menahan air matanya untuk menangis

***
Setelah kepergiaan anna, raypun menepati janjinya menghabiskan hari-hari tuanya dengan berkebun dan mengenang nenek
Dua tahun kemudian

Ray tidak bernyawa ketika ia sedang berada diteras duduk di kursi goyangnya sambil memegang foto mesra bersama anna dimana tempat itu adalah tempat favorit ray dan anna ketika masih ada.

***
end

No comments: