Tuesday, February 14, 2012

Hadiah Tak Terbayangkan


“Yah, malam ini kau datang agak cepatan yah” pintaku
“Iyah bu, aku akan pulang cepat. Jika tidak ada meeting mendadak, tapi akan aku usahakan” jawab suamiku sambil berkaca

“selalu saja jawab pertanyaan itu, sepertinya ia lupa lagi” sungutku dalam hati

Aku menikah dengan jack tujuh tahun yang lalu. kami mempunyai seorang anak cantik yang bernama cherryl dia berumur 5 tahun. Hari ini adalah hari pernikahan kami namun aku selalu dibuatnya kesal olehnya. Dia sering kali lupa dengan hari jadi kami. Ia selalu sibuk dengan urusan kantornya.

Oh tuhaaan dia begitu dingin dan serayak tak peduli bahkan menghiraukan hari besar kami. Jack juga tidak seromantis lelaki-lelaki lainnya, Aku tak tahu kenapa bisa menikah dengannya. Aku sangat menyukai lelaki agresif dan romantis namun impianku sangat berbalik. Jack tidak seperti yang ku mau. Tapi tak bisa ku sangkal dia sangat mencintai kami walau sedikit cuek.

Hampir setiap hari ia tidak ada dirumah sekalinya sedang berada dirumah atau sedang berlibur bersama kami. Iapun masih sibuk dengan telepon genggam duanya dan laptop yang selalu dibawa kemana-kemana. Maka tak jarang kami berantem hanya karena masalah benda-benda itu. Ku rasa telepon genggam, laptop dan urusan kantor adalah isteri pertamanya huhhhhhh.

***
Saat selesai nge-gym bersama temanku anisa. Sekitar pukul 14.00
“aku bingung apa yang harus aku lakukan agar suamiku perhatian denganku nis, dan ingat kalo hari ini hari ulang tahun pernikahan kami” sambil menenggak minuman penambah ion tubuh

“kau sudah merencanakan sesuatu?” tanyanya santai

“sudah, malam ini aku akan beri jack kejutan dengan makan malam romantis buatanku. Aku juga akan memasakkan special kesukaan dia dan akupun akan memberikannya hadiah jam tangan”  senyumku “tapi aku tak tahu akan ada perubahan kah, atau sama saja seperti tahun sebelumnya ia datang kerumah dan langsung berbaring ditempat tidur. Itu yang selalu dilakukannya”

“coba kau bicarakan baik-baik, mungkin menurutnya itu tidaklah terlalu penting. Yang penting ia mencintai anak dan isterinya citra” tegasnya

Aku sangat senang sekali mengobrol dengannya, beda dengan teman-temanku yang jika berpendapat selalu membuatku menjadi semain darah tinggi. Ia selalu mencoba membalutkan lubang dihatiku yang sedang rapuh. Aku berteman dengannya sudah tiga tahun lamanya.

“Benarkah? Ia berpikir seperti itu nis? Aku harap ia akan berpikir seperti itu” aku coba meyakinkan
Anisa hanya tersenyum melihatku sambil mengelap keringat diwajahnya

***
Malam tiba pukul 07.30 cherryl sudah tertidur lelap. Dan akupun segera berdandan, aku ingin terlihat beda didepan suamiku dan menginginkan suamiku ingin selalu dekat disampingku terutama malam ini lebih hangat. Meja makan sudah aku hias disulap menjadi restoran bintang lima pribadiku, sangat sempurna semoga ia mengajakku berdansa.

Sekitar pukul 22.00 jack belum juga datang, aku sengaja tidak menghubunginya. Aku ingin tahu apakah ia ingat janjinya denganku waktu pagi. Aku masih duduk termenung dimeja makan sambil membaca majalah dan mendengar alunan musik instrumental yang terdengar dari piringan hitam.
Terkait piringan hitam, sangat tempo dulu sekali, bukan? Ya aku sangat menyukainya begitu klasik, aku mendapatkannya dari nenekku ia penggemar piringan hitam.

Tepat pukul 00.00 suamiku datang, karena terlalu lama menunggu aku ketiduran. Ketika suamiku membuka pintu akupun menghampirinya.

“kamu belum tidur sayang?”
“oh tuhan, diapun tidak melihat aku berdandan cantik seperti ini dan menghiraukan restoran bintang lima buatanku” meringis dalam hati.
“belum, malam sekali kau baru datang yah?” aku coba mengelus dada, berusaha tersenyum dan melawan emosiku agar tidak merusak suasana
“kalau kau mengantuk tidak perlu menunggu aku bu”

Dengan ucapan seperti itu, akupun tak bisa lagi tersenyum dan aku mulai emosi

“lagi-lagi kau lupa dengan hari ini” naik dua tangga
“oh tuhan, maafkan aku. Hari ini banyak sekali bertemu klien dan meeting dimana-mana, dan maaf handphone ku pun lowbat jadi akupun tak bisa menjawab teleponmu atau pesanmu”

“astaga ini sudah kelewatan, kaupun lagi-lagi lupa dengan hari pernikahan kita!” sungutku 
“kaupun menghiraukanku, penampilanku, meja makan yang aku sulap menjadi restoran bintang lima! Keterlaluan kau pak, sampai kapan kau terus seperti ini? Aku sangat kesal dengan sikap dinginmu ini, aku kesal!” isakku dengan airmata yang tak bisa aku kendalikan.
“Sayang aku mohon jangan kau menangis, maafkan aku” sambil meraih tanganku namun aku lempar genggamannya

“aku sudah terlalu sering mendengar maafmu, berkali-kali kau mengucapkan itu. Berkali-kali juga kau mengulangi kesalahanmu”
“aku bukan bermaksud untuk menyaki dirimu, aku benar-benar sibuk”
“sesibuk apakah sih! Sampai kau lupa hari besar kita? Sampai tidak memperhatikan isterinya?” tegasku “dengar pak, suaminya elsa sama bekerja sepertimu namun ia masih bisa merayakan hari jadinya. Cukup pak! Cukup! Kau bersikap seperti ini” teriakku yang masih berlinang air mata. Semoga cherryl tidak mendengar teriakanku dan tidur lelap
“cukup bu, jangan bandingkan rumah tangga orang lain dengan rumah tangga kita. Biarkan rumput sebelah lebih hijau”

“tapi aku ingin sepertinya, mendapatkan perlakukan bagaimana menjadi isteri”

Jack berusaha memelukku dan akupun tak sanggup lagi untuk berontak, aku begitu lemah dan begitu kecil jika ia memelukku badannya yang tinggi besar membuatku terasa nyaman.
Kamipun hanya diam, mencoba menikmati pelukan satu sama lain. Sudah lama sekali jack tidak memelukku sehangat ini. Sungguh jangan lepaskan pelukanmu. Aku berharap satu menit bagaikan sejam agar aku terus menikmatinya

“maafkan aku, aku sangat mencintai dirimu citra. Aku juga sangat menyayangi cherryl. Namun untuk mengeksplorasikan aku cinta pada kalian tidak seperti mereka. Setiap orang mempunyai caranya masing-masing untuk mencintai. Kaupun mengetahui bahwa aku memang lelaki yang dingin. Kita menikah dengan perbedaan. Berhentilah untuk melihat orang lain. Aku sangat cinta padamu citra” jelasnya sambil mencium rambutku

Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Begitu lemah dan sulit sekali aku bicara.

***
Pagipun menjelang
Tak seperti biasanya jack tidak menggunakan kemeja, dan membawa tas laptopnya ke meja makan. Dia terlihat kasual. Apakah dia libur kekantor? Aku tidak mengerti

“selamat pagi queen dan princessku” dia terlihat bahagia sangat tampan dengan senyumnya, aku bahagia ia lebih baik sejak semalam berdebat
“hari ini ayah tidak kemana-mana, ayah akan mengantarkanmu sekolah ya sayang” sambil menggendong cherryl
“horeeeeeee” teriak cherryl begitu bahagia “tapi yah, aku ingin ayah dan ibu mengantarkanku sampai mengantarkanku dikelas dan begitu bel masuk ayah dan ibu boleh pulang” senyumnya
“hmmm dasar princess cherryl manja” goda jack
Aku hanya bisa tersenyum melihat mereka begitu bahagia

***
Setelah kami mengantarkan cherryl sekolah. Aku diajak jack kesuatu tempat. Aku tidak tahu ia akan mengajakku kemana
Setelah sampai kamipun berhenti didepan rumah yang indah nan megah didalamnya terdapat taman yang indah dan terawatt

“Rumah siapa ini yah?”
“Masuk dulu yuk” ajaknya sambil memegang pinggulku
Setelah kami membuka pintu utama, rumahnya begitu mewah

“bagaimana kau suka?” senyumnya

Aku masih terus tidak mengerti
“ini rumah kita, rumah yang beberapa tahun terakhir ini. Aku menyiapkannya untukmu dan cherryl. Buat kita bu”

Oh tuhan, sungguh aku tak menyangka. Ia begitu mempersiapkannya. Aku telah salah menilai. Aku kira begitu cuek namun ia telah berhasil membuatku tidak berkata-kata

“aku tahu kau pasti terkejut, dengan aku tiba-tiba terbangun tidak kekantor hari ini. Dan kaupun masih bingung kenapa aku mengajakmu kemari melihat rumah idaman kita. Aku desain berdasarkan keinginanmu ketika masih pacaran. Kau ingin mempunyai rumah bernuansa klasik. Akupun mewujudkannya. Sangat sulit mencari barang-barang antik seperti ini” iapun berjalan sambil menunjuk kursi kuno terbuat dari kayu”

“aku sangat mencintaimu Citra Nichlany” ia memelukku
“terima kasih yah, aku sangat menyukainya. Aku juga sangat mencintaimu Jackson Romeo”

 ***
Akhirnya aku mengerti setiap orang mempunyai caranya masing-masing untuk mengeksplorasikan cinta pada orang yang disayang, melihat orang boleh-boleh saja namun semua ada batasannya

Monday, February 13, 2012

Aku Mohon, Pertemukanlah Aku Dengan Ayahku !


Hai aku Bianca Juwita. Kau boleh memanggil aku dengan Bianca, karena memang aku lebih menyukai aku dipanggil Bianca. Juwita sendiri adalah nama belakang ibuku Serra Juwita. Dia adalah pahlawan bagiku, kenapa tidak ibuku membesarkan dan merawatku hingga dewasa seorang diri. Aku tidak tahu keberadaan ayahku, yakk aku tidak pernah bertemu ataupun melihat wajahnya, matanya, aroma tubuhnya bahkan aku tidak tau menau tentang ayahku seperti apa. Ibuku enggan menceritakan apapun tentang sosok ayah kandungku, tidak tahu persis apa dosa ayahku sehingga ibu membencinya. Tapi aku semakin penasaran dengan wujud seorang ayahku.

Aku adalah gadis berusia 18 tahun dan duduk dibangku kelas 12 SMA disalah satu tempat berprestasi dan aku selalu mendapatkan beasiswa dari sekolahku. Sehingga aku mengurangi beban ibu. Yang menjadi penjual kue-kue basah di pasar dekat kami tinggal. Setiap aku libur dan sepulang sekolah akupun selalu membantu ibu.

Aku cukup bisa dibilang dewasa dengan umurku sekarang, tapi ibu belum juga menceritakan siapa ayahkku sebenarnya. Dan suatu ketika dimalam hari setelah pulang berdagang

“ibu, aku tadi bertemu dengan om suseno. Dia sungguh baik padaku, ia memperlakukanku seperti anaknya sendiri” sambil aku memijat punggung ibu yang terlihat badannya pegal seharian berdagang.

Ohya om suseno adalah bekas tetanggaku ketika aku masih SMP. Kala itu aku sering sekali pindah rumah dan akupun sering pindah sekolah. Aku tidak tahu kenapa ibuku sangat menyukai pindah rumah, ku pikir dia sangat bosenan. Tapi yang aku herankan ketika tiga tahun yang lalu , saat aku tengah tertidur lelap. Ibuku membangunkanku dan mengajakku ketempat yang jauh dari dimana kami tinggal, ibu sangat tergesa-gesa kala itu. Namun itu adalah terakhir aku mengalami perpindahan rumah. Aku menjadi tenang sudah tiga tahun kami tidak lagi pindah rumah.

“Dimana kau bertemu dengannya?” sambil menggerakkan lehernya
“Di sekolah bu, ternyata ia mempunyai ponakan di sekolahku. ponakannya baru pindah dikelas 11, aku diajaknya ke suatu pusat perbelanjaan. Aku baru kali itu memasukinya, sungguh ramai dan megah sekali. Aku juga dibelikannya makanan, baju, tas dan sepatu. Bagusssss sekali bu” aku tersenyum.

 Selama ini aku belum pernah memasuki tempat ramai dan megah seperti itu, disamping ibu melarang aku. Akupun tak tertarik sama sekali. Kupikir sama saja seperti pasar ada penjual baju, celana, tas dan makanan dan masih banyak lagi. Tapi lain halnya dimana tempat ibu berdagang tidak ada AC, tatanan lampu indah dan dekorasi yang sangat menarik.

“aku jadi rindu pada ayahku” kepalaku langsung menunduk
“tidak usah kau merindukannya Bianca” bentak ibu
“ibu, kenapa setiap kali aku mengucapkan kata ayah. Ibu selalu marah padaku dan enggan anaknya mengetahui siapa ayahnya? Tidakkah ibu mengerti? Betapa aku sangat merindukan ayah, walau aku tidak tau bagaimana persis wajahnya. Karena ibu selalu menutupinya” kesalku sambil memberhentikan tanganku memijat

“Kau tidak mengerti, bagaimana ayahmu” dengan tatapan kosong
“Bagaimana aku mau mengerti, jika ibupun tidak pernah cerita padaku?” Sambil meneruskan memijat dan menekan lebih keras punggung ibuku
“Bianca, aku mohon. Jangan pernah kau menanyakan hal ini lagi? Aku tidak ingin hingga kau mengetahuinya?” sambil membalikkan badannya dan menatap wajahku
“Tapi kenapa bu? Aku sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya… tapi baiklah, jika ini membuatmu tenang bu. Aku akan pura-pura tidak mengetahuinya, asal ibu tahu. Lambat laun aku pasti akan mengetahuinya bu” aku langsung berbalik badan dan meninggalkan ibu kekamar.
“aku tahu, kau kesal dengan ibu. Tapi ibu mohon, beri ibu kesempatan untuk memberitahumu. Bianca sungguh akupun tak sanggup” bisik ibu sambil mengeluarkan air mata.

***
Lima Bulan kemudian
Di keramaian pasar
“bu Serra, Bianca pingsan dia sedang berada di rumah sakit dibawa oleh pihak sekolah” teriak tergesa-gesa salah satu pegawai catering yang tokonya dekat dengan lapak bu serra.
“Astaga… ada apa ini?” terkejut serra
“aku baru saja mengantarkan makanan ke kantor guru sekolah Bianca. Ketika itu suasana sedang ramai” lanjut salah satu pegawai catering
“aku mohon tiara, antarkan aku” pinta serra sambil menggandeng tangan tiara
“baik bu, bagaimana dengan daganganmu?”
“tidak usah cemas, aku akan melayani jika pembeli datang” seru pedagang baso
“Terima kasih bu” meringis serra
“Cepat Bianca, cepat pergi… aku harap tidak terjadi apa-apa dengan putrimu”
Bianca dan tiara langsung pergi menuju rumah sakit.

***
Tiba dirumah sakit dan diruangan dimana Bianca terbaring lemah terkulai. mereka langsung bertemu wali kelas Bianca.

Serrapun langsung memegang tangan Bianca.
“Anda Ibunya Bianca?” Tanya wali kelas
“iyah bu saya serra, ibunya Bianca… bagaimana dengan keadaan putriku? Kenapa ini bisa terjadi?” tangis serra.
“Bu serra, ini sering sekali terjadi ketika ia berada disekolah. Apalagi saat upacara. Bianca tidak pernah mengikuti setiap kali diadakannya upacara”
“Astaga?” sambil menutup mulut “Kenapa Bianca tidak pernah cerita padaku? Aku gagal menjadi seorang ibu. Seharusnya aku peka terhadap kesehatannya” sesak tangis serra
“Ibu tidak perlu berbicara seperti itu, mungkin Bianca tidak ingin ibu khawatir dan meresahkannya, karena menurutnya. Kau sudah terlalu lelah seharian berdagang” tiara coba menenangkan serra.

Serra menatap Bianca dengan berlinagan air mata
“aku ingin bertemu dengan dokter” serra langsung meninggalkan wali kelas dan tiara.
Bianca mengidap kanker darah stadium akhir. Ia diprediksikan tidak lama lagi untuk bertahan hidup.

“Oh tuhan, jangan ambil anakku. Aku belum menceritakan rahasia selama ini aku pendam. Aku tahu ia sangat tersiksa. Namun ia menutupinya sehingga ia menjadi seperti ini. Demi tuhan siksalah aku, jangan biarkan anakku menderita” serra berdoa dengan sesak tangis dan air matanya pun tak henti-hentinya mengalir.

***
Ketika malam tiba, Bianca terbangun.
“Nak, kamu sudah bangun?” sambil memegang wajahnya Bianca “maafkan ibu nak, selama ini ibu tidak pernah peka terhadap kesehatanmu. Ibu sudah lalai” tangis serra
“ibu, kau sudah hebat menjadi seorang ibu. Kaulah pahlawanku, kau sudah membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih” melas Bianca dengan suara tersendat-sendat
“nak, kenapa kau tidak pernah bercerita. Bahwa kau sering mengalami jatuh pingsan? Apakah ibu terlalu sibuk? Sampai aku tidak mengetahui keadaanmu?” usap air mata serra
“bukan bu, aku tidak mau ibu terlalu mengkhawatirkanku. Aku tidak mau menambah beban ibu lagi” sentuh tangan ibunya

“aku mohon bu, izinkanlah aku untuk mengetahui rahasia ibu? Ceritakanlah bu, aku mohon”
Serra masih terdiam dan duduk ditempat dikursinya disamping Bianca terbaring. Serra bingung, harus sampai kapan ia merahasiakan ini semua kepada anaknya. Mengingat anaknya tidak lama lagi untuk hidup.
“kenapa ibu bungkam?”
“baiklah, aku akan menceritakan semuanya?” hela nafas panjang
Bianca tersenyum sumringah dengan bibir dirapatkan

“ Hidup kami bahagia kala itu apalagi ketika kau hadir. Ayahmu selalu memberikan aku dan kamu hadiah. Ia sangat perhatian dan penyayang. Ayahmu seorang pengusaha yang kaya raya. ayahmu bernama Adam Alfaero, sebenarnya namamu Bianca Adam Namun ibu menggantinya setelah kami berpisah. Kita meninggalkan ayahmu ketika kamu berusia dua tahun”

“Ketika suatu malam datanglah seorang gadis menemui ibu dirumah, ia lebih muda dari ibu. Kala itu ayahmu sedang pergi keluar kota, ia datang menangis dan meminta pertanggung jawaban kepada ayahmu, Ia hamil. Aku sontak terkejut mana mungkin suamiku tega melakukan ini padaku. Katanya ayahmu janji menikahkannya namun sudah sebulan ia tidak bertemu lagi dengan ayahmu. Ia juga memperlihatkan foto-foto mesranya bersama ayahmu. Akupun mengusir gadis itu. Aku langsung menangis tak berdaya dibalik pintu, kenapa ini bisa terjadi”

“setelah ayahmu pulang keesokan harinya, aku langsung memperlihatkan foto-foto itu kepada ayahmu. kamipun bertengkar hebat. Aku tidak sudi hidup bersama orang yang sudah mengkhianatiku. Akupun mengajakmu pergi jauh meninggalkannya” jelas siera

“ibu, apakah ayah tidak mencari-cari keberadaan kita?” tanyaku
“sebenarnya ayahmu mencari-cari kita, namun ibu mengajakmu untuk berpindah-pindah. Apakah kau ingat ketika ibu mengajakmu pergi ketika kau sedang asyik tertidur dan kita langsung pergi dan jalan sembunyi-sembunyi”
Aku mengangguk
“malam itu ayahmu datang, dan menemui kita”
“sungguh?” mataku terbelakak
Ibupun menggangguk

“ibu, terima kasih sudah menceritakan padaku. Aku sudah lama menanti saat-saat ini” senyumku “walau perih namun aku senang, akhirnya mengetahui rahasiamu yang selama ini ibu simpan hingga belasan tahun dariku”
Diam sejenak

“ibu, satu pintaku. Pertemukanlah aku dengan adam alfaero, ayahku. Aku mohon!” pintaku
“untuk yang satu ini, ibu tidak bisa mengabulkannya” jelas serra
“mengapa? Sampai kapan bu? Sampai kapan? Aku tidak mengetahui wujudnya seperti apa? Aku tidak pernah melihat fotonya. Apakah ibu tega jika aku mati. Aku tidak tenang di alam sana” pintaku desak

“sayang, aku mohon. Jangan kau berkata demikian, aku masih bertahan samapai saat ini, karena memang aku sayang padamu. Aku tidak mau kau menderita”
“tapi, tidak sadarkah ibu? Dengan ibu bersikap seperti ini. Ibu sudah membathinkan aku. Redakanlah amarahmu. Cobalah memaafkan, bukankah didunia ini tidak ada kesempurnaan bu? Sampai kapan ibu terus menyiksa dirimu, kekhawatiranmu membuat aku tidak tenang bu. Aku mohon bu. Pertemukanlah aku” tangisku

Ibu serayak sedang berfikkir dengan tatapan kosongnya dan kembali mentap wajahku
“oke, aku akan mencari keberadaan ayahmu” hela nafas panjang
“Sungguh?” aku segera meyakinkan ibu, dan ibu pun mengganguk.

***
Ia pun berangkat ke Jakarta
Setelah dua hari menjelang. Serra mengingat sebuah rumah. Serrapun langsung menuju kesana.
Ketika sampai. Ia pun dibukakan pintu oleh wanita separuh baya.

“serraaa itukah engkau” terkejut seketika “ibu” serra langsung memeluk ibu danika dimana ia adalah ibu dari adam

Tak lama mereka masuk kedalam rumah danika. Merekapun berbincang-bincang karena sejak kepergiaan ia bersama anaknya. Mereka tidak pernah bertemu

“adam sudah tiga tahun ini, menetap di kanada serra” jelasnya “aku mohon bu, demi cucumu tolonglah bicara dengan mas adam” resah serra
“lebih baik, kau yang menelpon. Pakailah telepon rumahku serra” danika menunjuk kearah telepon rumah diatas meja.
Dengan sangat ragu ia menatap telepon, tapi mengingat Bianca sedang kritis. Iapun memberanikan diri

Iapun lansung menekan nomer telepon adam yang diberikan danika. Nada sambungpun berbunyi
“iyah ibu, apakah ibu rindu lagi padaku? Hari ini sudah tiga kali ibu menelponku, aku baik-baik saja bu” terdengar suara adam dikejauhan
Seera tidak tahu harus berbicara apa, ia masih mengingat suaranya yang ramah dan membass
“ibu, kaukah itu?” tanyanya
“mmmm-mmmas adam?” serra terbata-bata “Ssssera? Kaukah disana? Aku sangat merindukanmu. Aku mohon maafkanlah aku. Dengarlah penjelasanku”
tak perlu berlama-lama serrapun langsung membicarakan pokok

“Bianca sedang kritis sekarang dirumah sakit, ia menderita kanker darah. ia ingin kau menemuinya. aku mohon dengan sangat, Bianca tidak lama lagi hidupnya.” tegas serra “oh tuhan, kenapa bisa seperti ini serra. baiklah aku akan kesana, aku rindu pada kalian. Aku ingin melihat anakku, tunggu aku”

***
Selang dua hari. Ketika serra sedang mengobrol dengan Bianca dirumah sakit, masuklah adam dan danika.

“Bianca? Cucuku” danika langsung memeluk Bianca.
Bianca tercengang melihat wanita separuh baya dan lelaki besar dan tinggi yang tampan
“kkk-kkkau nenekku?” Bianca membalas pelukan danika dan danikapun menangis dan menggangguk
“kau pasti ayahku, adam alfaero. ayah?” matanya berlinang “Bianca sayang anakku, aku sangat merindukanmu. Betapa cantiknya dirimu nak”
Suasana haru biru pun menghiasi ruangan itu

Adampun langsung menghampiri serra “serra, maafkanlah aku. Demi tuhan kala itu aku dijebak oleh perempuan itu. Ia ingin mengambil hartaku” adampun matanya berkaca-kaca
Serra hanya diam dan kepalanya berpaling
“serra, ibu sudah menceritakan semuanya kan padamu tentang kebenarannya?”
“setelah aku tahu ia menjebakku. Iapun sekarang sedang dibui untuk menerima hukuman” sambung adam

“ibu, aku mohon. Maafkanlah ayah. Aku sangat berterima kasih pada ibu. Akhirnya kau menemukan dengan ayahku sekaligus nenekku. Ibu, ayah, nenek ini adalah hal terindah yang telah aku dapatkan. Aku mohon berdamailah” pinta Bianca terisak-isak

Akhirnya serrapun memaafkan adam. Dan setelah Bianca melihat ayah dan ibunya berdamai dan berpelukan ia pun menutup matanya dengan tenang dan bahagia.

“bbbbbbb-bbiancaaaaaa” semuanya teriak dan menangis.

 ###
end


Sunday, February 12, 2012

Kesetiaan Hingga Nafas Berhenti


Terkisah pasangan yang setia hingga maut menjemput.

Bermula dari awal pertemuan dimasa tahun 70-an tepatnya ditanggal 14Februari 1972, Ray dan anna. Mereka dijodohkan oleh orang tuanya. Mereka sebelumnya belum pernah mengenal dan  sama sekali belum pernah bertemu. Namun karena mereka menyetujui kesepakatan orang tuanya, merekapun menyanggupinya.

Selang dua bulan merekapun berjanji sehidup semati dengan jalinan pernikahan. Mereka hidup bahagia rukun dan damai. Ray dan Anna berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk pasangannya, merekapun saling mencintai.

Diusia pernikahannya yang sudah menginjak 10 tahun namun mereka belum dikarunia anak. Teman-teman kantor ray membicarakan dan sedikit demi sedikit menyinggung perasaannya.

Ketika di sela-sela jam kerja di ruangan.

 “hey, ku dengar isterimu baru melahirkan anak ketigamu yaa jim?” Tanya salah seorang temannya kepada jimi yang baru mendapatkkan anak yang ketiganya.

“iyah ton, semalam jam 02.00 dini hari isteriku melahirkan anak ketigaku, Alhamdulillah perempuan”

“Wah selamat dong jim, dua jagoan ditambah terakhir putri. pasti kakak-kakaknya melindungi anakmu yang ketiga sebagai putri” celetuk salah satu temannya lagi

“haha bisa saja kamu ndre”

“hey ray, kau tidak iri…. Jimi sudah mempunyai tiga anak di usia perkawinannya yang ketujuh tahun”

“iyah, kamu dan isterimu kapan mendapatkan momongan, sudah 10 tahun menikah namun belum dikarunia anak. Doa kalian tidak didengar oleh tuhan kali hahhaa atau mungkin action-nya kurang bagus hahhah. Kau harus belajar itu dengan jimi”

“hahhahha” semua teman kantornya menertawakan omongan anton

Dan ray pun menghiraukan celetukan teman-temannya dengan senyuman

“kenapa kau hanya bisa tersenyum ray” Tanya jimi

“Tuhan sudah mengatur semuanya, mungkin saat ini aku dan isteri ku belum dapat dikarunia anak dulu. Kita masih terus berusaha untuk mewujudkannya ko” hela nafas “aku dan isteriku masih terus belajar dan mempelajari untuk menjadi orang tua yang baik dan bisa mendidik serta memberi contoh yang baik pula kelak kami tidak mengecewakan tuhan karena sudah menitipkan anak pada kami”

Mendengar pernyataan ray, semua teman-temannya hanya bisa diam terpaku.

***
Ditempat yang berbeda, selesai senam anna dihampiri teman-tema klub olahraganya.

“jeung anna, aku punya orang pintar untuk bisa cepat mendapatkan anak”

“iyah jeung, ini bagus lho ponakanku yang sudah tiga tahun tidak mempunyai anak. Setelah berobat ke ki agus langsung menghasilkan” sambil memberikan satu lembar brosur pengobatan alternative kepada anna.

“Terima kasih jeung atas informasinya” sambil memegang brosur dan meletakkannya ke dada

“kamu harus coba jeung” pinta salah satu temannya

“iyah jeung, aku dan suamiku akan membicarakan hal ini” karena anna takut ditanya macam-macam lagi. Anna pun meninggalkan mereka “maaf jeung saya pulang duluan. Saya ada janji dengan mertuaku” sambil memasukkan handuk dan tempat minumnya kedalam tasnya.

“jeung, jangan tunda lagi. Pertimbangkan, apakah kau tidak iri dengan yang sudah mempunyai anak. Apalagi di usia kalian yang sudah lama menikah” teriak temannya sambil duduk dan sedang mengelap keringat dengan handuk kecilnya.

***
Ketika malam tiba, ray dan anna sedang makan malam bersama dirumah.

Dan setelah makan anna langsung mengambil brosur yang tadi siang diberikan oleh temannya di kantong roknya yang sudah terlipat-lipat.

“Mas, tadi pagi setelah aku senam. Temanku memberikan ini” sambil memperlihatkan brosur “Ponakan jeung ari sudah tiga tahun tidak dikarunia anak. Tapi setelah berobat kesini, Ia langsung mempunyai anak. Apa nda kita coba aja mas” desah anna sambil menyodorkan brosur ke meja suaminya.

Dan tanpa membaca brosurnya, Ray pun berbicara

“Sudah berpuluh kali bahkan ratusan kali dik, kita konsultasi dan berobat dengan dokter dan lainnya. Kita juga tak henti-hentinya berdoa, setiap malam kitapun sudah memanjatkan doa pada-NYA. Aku hanya bisa berserah diri saja dik. Kaupun harus seperti itu, kita tidak tahu rencana tuhan”

“Iyah mas, aku tahu” jawab anna

“Mas, aku boleh berbicara sesuatu?”

“Ada apa dik?”

“aku rela, jika mas menikah lagi. Aku tidak mau kau tersiksa karena aku tidak membahagiakanmu” desah anna

“kenapa kau berbicara demikian? kenapa dik? Aku bahagia hidup denganmu, aku sangat mencintaimu. Aku ikhlas jika memang tuhan tidak memberikan kita keturunan. Jangan sekali-kali lagi kau berbicara seperti itu lagi dik. Sungguh aku sangat mencintaimu” sambil memegang tangan anna dengan erat ray meyakinkan anna.

“Tapi setidaknya, aku lebih tersiksa jikalau kau seperti ini. Aku tahu, pasti teman-teman dikantormu pun mengolok-olokanmu. Walau kau tidak pernah cerita denganku. Tapi aku mengetahuinya mas” dengan mengeluarkan air mata annapun menangis

“Sayang, dengar… apapun yang terjadi aku akan terus mencintaimu dan menerima apapun yang ada didirimu. Aku tidak akan pernah bisa menomor duakanmu. Demi tuhan aku ikhlas dik jika tuhan tidak memberikan anak darimu” karena ray tahu isterinya sangat kecewa dan depresi berat ia pun coba menenangkan hati isteri tercintanya dan memeluk anna dengan sangat erat.

Dan akhirnya anna pun tenang dan tidak bisa berkata apa-apa yang ada hanyalah mempereratkan pelukannya dengan air mata.

***
Di usia pernikahannya yang menginjak 20 tahun.

Anna mengidap penyakit kanker otak, karena penyakit anna semakin parah ray pun dengan terpaksa meninggalkan pekerjaan demi merawat anna seorang diri. Karena ia mempunyai tabungan yang cukup, ia pun tidak ragu lagi untuk meninggalkan pekerjaannya demi perempuan yang dicintainya.

Setiap saat ia tidak pernah absen untuk bersama isterinya, sering kali ray membuat lelucon agar isterinya tertawa lepas. Karena ia ingin sekali anna bahagia walaupun ia mengidap penyakit yang serius.

Semakin terlihat mesra mereka berdua menjalani sisa-sisa hari tuanya walau belum juga tidak dikarunia anak.

Di sela-sela kemesraannya annapun berbicara

“kek, Jika nenek sudah tidak ada lagi didunia dan lebih dulu meninggalkan kakek. Apa yang akan dilakukan kakek?” Tanya anna

“aku akan menunggu tuhan, memanggil aku dan menghabiskan sisa hidupku seperti berkebun dan mengenangmu nek”

“tidakkah kau berniat untuk menikah lagi?”

Mendengar pertanyaan anna, ray pun tertawa geli

“hahaha ada-ada saja kau ini nek, mana ada yang mau dengan kakek-kakek yang sudah bau tanah ini” ray pun tertawa lepas sambil menyikut tangan anna yang terlihat genit

“loh kakek ko tertawa? Aku Tanya serius mbok yaa dijawab serius gitu” agak sedikit kesal anna berbicara

“udahlah nek, kita nikmatin saja masa tua kita ini. Kakek sangat mencintai nenek. Ini….” tunjuk ray kearah dada nenek.

“akupun mencintai kakek yang banyak sekali ubannya hahaha”

Merekapun saling tertawa dan terlihat sangat bahagia. Mengingat mereka yang sudah tidak muda lagi namun mereka masih terlihat mesra.

***
Selang tiga hari.

Ketika pagi menjelang raypun bergegas bangun untuk membuatkan nenek secangkir susu. Setelah membuatkan susu. Raypun membangunkan Anna.

“Sayang, bangun ayoooo. Sudah pagi ini” sentuh tangannya ke anna
Karena belum terbangun juga raypun meletakkan secangkir susu ke meja samping anna tidur dan meninggalkan anna menuju teras

30 menit kemudian, karena tidak seperti biasanya anna belum bangun tepat jam 05.30 pagi
Raypun menghampiri anna ke tempat tidurnya

“nenek sayang, tidak biasanya kau belum bangun. Lelap sekali tidurmu. Atau jangan-jangan kau ingin mengagetkanku persis beberapa hari lalu hayooo” goda ray sambil tersenyum

Lima menit ia pun masih memandang wajah anna, namun anna belum terbangun-bangun juga. Raypun khawatir dengan keadaannya dan langsung menyodorkan tangannya dan memeriksa nafas dan denyut nadi anna.

Dan sontak raypun teriak “NENEEEEEEEEEEEEK !”

Anna menghembuskan nafas terakhirnya.

Annapun meninggalkan secarik kertas bertuliskan dibawah bantalnya

Dear Kakek tersayang.

Terima kasih sudah membuat nenek bahagia, menjaga dan melindungi nenek sampai nenek tidak bernafas lagi. Nenek adalah perempuan beruntung mempunyai kakek yang sangat mencintai nenek.
Maafkan nenek tidak bisa memberikan Ray & Anna Junior.
ICH LIEBE DICH 

Love,

Nenek

Setelah membaca sepenggal surat dari anna, raypun tidak bisa menahan air matanya untuk menangis

***
Setelah kepergiaan anna, raypun menepati janjinya menghabiskan hari-hari tuanya dengan berkebun dan mengenang nenek
Dua tahun kemudian

Ray tidak bernyawa ketika ia sedang berada diteras duduk di kursi goyangnya sambil memegang foto mesra bersama anna dimana tempat itu adalah tempat favorit ray dan anna ketika masih ada.

***
end

Tuesday, February 7, 2012

Jodoh

J-O-D-O-H
Pasti sudah tidak asing lagi bukan telinga kita untuk mendengar satu kata tersebut dan orang-orangpun yang belum menikah pasti ingin sekali mengetahui siapa jodohku? Seperti apa? Dan bagaimana?
Dan tidak sedikit pula orang-orang yang sudah menikahpun masih memikirkan “apakah ini jodohku Tuhan yang kau kirimkan khusus untukku”

Yakkkkk pembaca, tidak perlu terlalu dipikirkan tentang satu kata tersebut. Karena jodoh, rezeki dan mati hanya Tuhan-lah yang mengetahui dan mengatur. Percaya atau tidak jodoh yang diberikan oleh Tuhan itu berdasarkan doa kita, perbuatan dan sikap kita dimasa lalu (Hukum Karma Berlaku)

Saya mempunyai sedikit cerita.

Saya ambil cerita ini yang terinspirasi oleh seseorang yang mau berbagi cerita dengan saya.

Aisha adalah gadis desa yang sangat cantik dan menjadi pusat perhatian lelaki didesanya. Dia baru berumur 15tahun. Dia periang dan ramah, banyak lelaki yang datang menemui orang tuanya agar dinikahkan dengan anak sulungnya. Anak-anak juragan didesanyapun tak kalah berniat untuk meminang aisha yang sangat ramah dan cantik. Tak ketinggalan pula lelaki kotapun terkagum-kagum melihat sosok aisha. Aisha hanya terdiam dan menyerahkan semuanya kepada kedua orang tuanya.

Sore hari di dekat sungai yang begitu rindang dan gemericik air terdengar
Aisha duduk diatas batu kali besar bersama sahabatnya ilyas

 “dek aisha. Siapa yang akan kamu pilih dari sekian banyak pemuda yang datang kerumahmu untuk menikah denganmu nanti?”

“aku tidak tahu ka, aku serahkan semuanya pada tuhan dan kedua orangtuaku mereka tahu mana yang terbaik untukku”

“kau yakin? Dengan apa yang baru saja kamu katakan? Sekalipun kau tidak mencintai pemuda yang kelak menjadi suamimu?

“iya ka. Aku yakin sekali. Jika memang aku tidak mencintainya, namun aku akan berusaha untuk mencintainya. Aku percaya seiring berjalannya waktu dan sering bertemu. Cinta akan datang sendirinya ka” sambil tersenyum lembut

“kalo saja, aku sudah lulus kuliahku dan mendapat pekerjaan untuk menghidupimu dan anak-anak kita kelak. Aku pun akan datang menghampiri ayah dan ibumu….dek aisha”

“apakah kau mencintaiku kak ilyas? Katakan?” aisha sontak terkaget mendengar ucapan sahabatnya itu yang sudah ia anggap sebagai kakaknya yang diam-diam pula aisha pun mencintainya

“iya dek, kakak mencintaimu. Aku ingin kau menjadi bagian dari hidupku, mengisi hari-hariku dan menjadi seorang ibu untuk anak-anak kita kelak”

“akupun mencintaimu kak, pinanglah aku pinanglah” pinta aisha

“terima kasih dek, aku senang ternyata kau mencintaiku juga, tapi simpanlah perasaan kita. Aku belum memiliki tabungan untuk menghidupimu. Aku tidak mau kau sengsara. Kalo memang kita jodoh. Kita pasti akan dipertemukan oleh Tuhan”

“kenapa kau berkata seperti itu. Aku rela ka, asal aku hidup bersamamu”

“Aku akan merelakanmu hidup bersama pemuda yang akan menikahimu, pasti orang tuamu memiliki kriteria terbaik untuk menjadi pendampingmu” sambil mengepalkan tangan aisha

“tapi bukankah kau mencintaiku” desah aisha

“aku memang mencintaimu dek aisha, tapi saat ini aku belum punya apa-apa. Mau bilang apa aku pada orang tuamu. Aku hanyalah seorang mahasiswa, aku tau rezeki sudah diatur pula. Tapi aku tidak sanggup untuk merelakanmu bersedih. Karena aku tidak bisa menafkahimu. Cinta tak harus memiliki kan, melihat orang yang dicintainya bahagia. Itu sudah lebih dari cukup dik”

“baiklah. Jika kau ingin seperti itu aku akan lakukan dengan ikhlas ka. Semoga kita dipertemukan kembali. Satu hal yang harus kakak ketahui aku tidak akan pernah melupakanmu sampai kapanpun kak ”

“aku pun begitu dik, aku sangat mencintaimu sungguh. Tidak akan pernah bisa aku melupakanmu. Aku berjanji akan selalu mendoakanmu dik, sekarang aku akan mengantarkanmu pulang. Hari sudah ingin larut” ilyas terbangun dari posisi duduknya dan mengajak aisha untuk pulang.

***
Satu bulan kemudian

Aisha menikah dengan seorang pemuda tampan yang datang dari kota. Pernikahan mereka terpaut berbeda usia 12 tahun. Ia pun hidup bahagia bersama Budi, Budi yang seorang pegawai negeri memberikannya 6 anak yang tampan-tampan dan cantik-cantik.

Setelah usia perkawinannya menginjak 25 tahun. Budi mengidap kanker ganas, setelah lebih dari 6 bulan dirawat dirumah sakit. Budi menghembuskan nafas terakhirnya.

Aisha sedih karena harus ditinggal Budi. Anaknya yang kecil baru berumur 6 tahun dan yang baru menikah satu orang. Ia pun membantu perekonomian keluarganya dengan mengajar ngaji dan menerima jahitan dari tetangga dan teman Dharma Wanitanya. Karena budi seorang Pegawai Negeri ia pun mendapatkan uang pensiun dan janda serta 1 anaknya mendapat beasiswa dari kantor budi karena mendapatkan peringkat 10 besar.

***
Setelah 6 tahun

Aisha menghadiri acara pernikahan anak teman Dharma Wanitanya dan tiba-tiba ia bertemu dengan teman kecilnya Ilyas. Mereka senyum bahagia dipertemukan kembali. Dan ternyata ilyas merupakan saudara dari teman Dharma Wanitanya. Semakin bahagia mereka mengetahui hal itu.

Merekapun menceritakan kehidupannya setelah mereka berpisah selama 25 tahun. Ilyaspun serupa bahwa 10 tahun yang lalu ia baru ditinggalkan istrinya yang meninggal karena Stroke. Ilyas mempunyai anak satu yang kini sekarang sedang menunaikan pendidikan ke mesir. Ilyas mempunyai pondok pesantren di Solo dan ia menjadi guru besar.

Karena mereka sama-sama sendiri mereka tak menunggu lama lagi setelah anak-anaknya merestui hubungan mereka. Merekapun menikah dan hidup bahagia.

***

Nah sudah jelas bukan. bahwa akan indah pada waktunya. Harus bersabar dan menerima.

Cerita itu hanyalah gambaran saja tentang jodoh. Semoga anda menikmati dan dapat merenungkannya






Monday, February 6, 2012

Saya dan Ketakutan Saya


Pagi ini mendung, mirip pagi kemarin, mungkin masih awan yang sama, yang siang lalu pergi lalu datang kembali pagi ini. 


Tepatnya pagi ini ketika bangun pagi, saya menyadari kenapa saya begitu takut dikecewakan. Ya, saya sering bertanya kenapa, kenapa saya begitu takut jatuh cinta. Lalu saya menemukan alasan, bahwa saya terlalu enggan patah hati. Itu tentu saya sadari jauh-jauh hari yang telah lalu. 

Lalu pagi ini, saya kembali menyadari satu hal. Kenapa saya begitu takut jatuh hati, yaitu karena saya begitu takut dikecewakan. Kenapa? Karena saya menyadari bahwa saya orang yang begitu sulit dipahami. Punya mood yang up and down, suasana hati saya begitu terlalu cepat berubah. Saya juga cengeng, saya begitu pandai menangis. Saya takut dengan kemarahan. Tapi mana hubungan yang tanpa amarah? 


Saya akan sulit menerima ketika pasangan saya mendiamkan saya, atau akan begitu sedih ketika pasangan saya marah. Hati saya terlalu lemah untuk membiarkan cinta masuk. Ya, saya memang beberapa kali bertemu dengan orang yang bisa bertahan, tapi tidak lama kemudian pun saya yang akhirnya mundur. Karena apa?  Karena saya begitu sadar diri, mungkin saya tidak cukup mampu membahagiakannya. Ini hanya pikiran terburuk saya. 


Saya bukan seorang perempuan simple yang mudah dijatuhi atau menjatuhi cinta. Saya terlalu rumit, dan itu sering kali menelan saya sendiri. Saya punya banyak hal yang harus saya pikirkan, keluarga saya pun bukan keluarga biasa yang bahagia apa adanya. Kami punya banyak kekurangan yang setiap hari coba kami perbaiki. Dan apakah ada seorang yang mau menerima barang yang sedang direparasi? Walau saya bukan barang, tapi toh saya tidak siap dipakai untuk membahagiakan, saya sedang diperbaiki hidup. Tuhan sedang memberi saya kesempatan untuk menjadi manusia yang lebih besar dengan memberi saya beberapa masalah besar untuk saya selesaikan. Dan apakah ada pria yang cukup sabar menemani saya? Membantu saya? Menerima saya apa adanya?


Hahaha, ini lucu ketika saya tiba-tiba berpikir bahwa saya adalah sebuah barang yang tengah direparasi. Tapi yang muncul di otak saya detik ini hanya itu. Saya bukan sesuatu yang siap dipakai untuk membahagiakan(mu). Kamu harus siap dengan kerusakannya, membantu saya memperbaikinya, atau bahkan siap menerima kesialan karena kerusakannya. Seperti kamu tengah mengendarai kendaraan yang bisa tiba-tiba mogok di perjalanan. Apa kamu siap mendorongnya hingga sampai ke bengkel, mencari tahu mana bagian yang rusak dan memperbaikinya. Bahkan menanggung biayanya. Agar kita bisa sama-sama sampai di tujuan.


Itu begitu besar dan membuat saya berpikir, mana ada yang sanggup. Lalu saya akan menepi dan mencoba memperbaikinya sendiri. Saya akan mencintai ketika saya telah sembuh dan mampu bekerja dengan optimal. Tapi akan sampai kapan? Tapi seorang terdekat saya bilang,'beri cinta kesempatan untuk setidaknya masuk. Lalu, kamu baru boleh memutuskan, untuk jatuh cinta atau tidak padanya.'


Mungkin untuk sebagian orang, itu mudah saja. Tapi tidak untuk saya, Sungguh.

Saya tidak menampik bahwa saya butuh seseorang yang menemani setiap saat, mendengarkan, keluh kesah suka cita derita, perhatian.

Saya mencoba untuk membuka pintu hati saya ini tapi, SUNGGUH ini sangat sulit yang saya bayangkan.

Ketakutan saya untuk mencintai sesorang sangatlah kacau dan tidak terasa otak pikiran badan menjadi gemetar dan kaku ketika seseorang mendekati saya mencoba memberikan cinta.


Namun saya menghibur diri “Akan ada waktunya”, saya siap untuk membahagiakan siapa yang bersedia mencintai saya...

Saat ini, saya tengah belajar jatuh cinta dengan lebih baik. Agar kelak, tidak menyesal karena (selalu) melewatkan mereka yang tengah berusaha mencintai saya.