Monday, February 13, 2012

Aku Mohon, Pertemukanlah Aku Dengan Ayahku !


Hai aku Bianca Juwita. Kau boleh memanggil aku dengan Bianca, karena memang aku lebih menyukai aku dipanggil Bianca. Juwita sendiri adalah nama belakang ibuku Serra Juwita. Dia adalah pahlawan bagiku, kenapa tidak ibuku membesarkan dan merawatku hingga dewasa seorang diri. Aku tidak tahu keberadaan ayahku, yakk aku tidak pernah bertemu ataupun melihat wajahnya, matanya, aroma tubuhnya bahkan aku tidak tau menau tentang ayahku seperti apa. Ibuku enggan menceritakan apapun tentang sosok ayah kandungku, tidak tahu persis apa dosa ayahku sehingga ibu membencinya. Tapi aku semakin penasaran dengan wujud seorang ayahku.

Aku adalah gadis berusia 18 tahun dan duduk dibangku kelas 12 SMA disalah satu tempat berprestasi dan aku selalu mendapatkan beasiswa dari sekolahku. Sehingga aku mengurangi beban ibu. Yang menjadi penjual kue-kue basah di pasar dekat kami tinggal. Setiap aku libur dan sepulang sekolah akupun selalu membantu ibu.

Aku cukup bisa dibilang dewasa dengan umurku sekarang, tapi ibu belum juga menceritakan siapa ayahkku sebenarnya. Dan suatu ketika dimalam hari setelah pulang berdagang

“ibu, aku tadi bertemu dengan om suseno. Dia sungguh baik padaku, ia memperlakukanku seperti anaknya sendiri” sambil aku memijat punggung ibu yang terlihat badannya pegal seharian berdagang.

Ohya om suseno adalah bekas tetanggaku ketika aku masih SMP. Kala itu aku sering sekali pindah rumah dan akupun sering pindah sekolah. Aku tidak tahu kenapa ibuku sangat menyukai pindah rumah, ku pikir dia sangat bosenan. Tapi yang aku herankan ketika tiga tahun yang lalu , saat aku tengah tertidur lelap. Ibuku membangunkanku dan mengajakku ketempat yang jauh dari dimana kami tinggal, ibu sangat tergesa-gesa kala itu. Namun itu adalah terakhir aku mengalami perpindahan rumah. Aku menjadi tenang sudah tiga tahun kami tidak lagi pindah rumah.

“Dimana kau bertemu dengannya?” sambil menggerakkan lehernya
“Di sekolah bu, ternyata ia mempunyai ponakan di sekolahku. ponakannya baru pindah dikelas 11, aku diajaknya ke suatu pusat perbelanjaan. Aku baru kali itu memasukinya, sungguh ramai dan megah sekali. Aku juga dibelikannya makanan, baju, tas dan sepatu. Bagusssss sekali bu” aku tersenyum.

 Selama ini aku belum pernah memasuki tempat ramai dan megah seperti itu, disamping ibu melarang aku. Akupun tak tertarik sama sekali. Kupikir sama saja seperti pasar ada penjual baju, celana, tas dan makanan dan masih banyak lagi. Tapi lain halnya dimana tempat ibu berdagang tidak ada AC, tatanan lampu indah dan dekorasi yang sangat menarik.

“aku jadi rindu pada ayahku” kepalaku langsung menunduk
“tidak usah kau merindukannya Bianca” bentak ibu
“ibu, kenapa setiap kali aku mengucapkan kata ayah. Ibu selalu marah padaku dan enggan anaknya mengetahui siapa ayahnya? Tidakkah ibu mengerti? Betapa aku sangat merindukan ayah, walau aku tidak tau bagaimana persis wajahnya. Karena ibu selalu menutupinya” kesalku sambil memberhentikan tanganku memijat

“Kau tidak mengerti, bagaimana ayahmu” dengan tatapan kosong
“Bagaimana aku mau mengerti, jika ibupun tidak pernah cerita padaku?” Sambil meneruskan memijat dan menekan lebih keras punggung ibuku
“Bianca, aku mohon. Jangan pernah kau menanyakan hal ini lagi? Aku tidak ingin hingga kau mengetahuinya?” sambil membalikkan badannya dan menatap wajahku
“Tapi kenapa bu? Aku sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya… tapi baiklah, jika ini membuatmu tenang bu. Aku akan pura-pura tidak mengetahuinya, asal ibu tahu. Lambat laun aku pasti akan mengetahuinya bu” aku langsung berbalik badan dan meninggalkan ibu kekamar.
“aku tahu, kau kesal dengan ibu. Tapi ibu mohon, beri ibu kesempatan untuk memberitahumu. Bianca sungguh akupun tak sanggup” bisik ibu sambil mengeluarkan air mata.

***
Lima Bulan kemudian
Di keramaian pasar
“bu Serra, Bianca pingsan dia sedang berada di rumah sakit dibawa oleh pihak sekolah” teriak tergesa-gesa salah satu pegawai catering yang tokonya dekat dengan lapak bu serra.
“Astaga… ada apa ini?” terkejut serra
“aku baru saja mengantarkan makanan ke kantor guru sekolah Bianca. Ketika itu suasana sedang ramai” lanjut salah satu pegawai catering
“aku mohon tiara, antarkan aku” pinta serra sambil menggandeng tangan tiara
“baik bu, bagaimana dengan daganganmu?”
“tidak usah cemas, aku akan melayani jika pembeli datang” seru pedagang baso
“Terima kasih bu” meringis serra
“Cepat Bianca, cepat pergi… aku harap tidak terjadi apa-apa dengan putrimu”
Bianca dan tiara langsung pergi menuju rumah sakit.

***
Tiba dirumah sakit dan diruangan dimana Bianca terbaring lemah terkulai. mereka langsung bertemu wali kelas Bianca.

Serrapun langsung memegang tangan Bianca.
“Anda Ibunya Bianca?” Tanya wali kelas
“iyah bu saya serra, ibunya Bianca… bagaimana dengan keadaan putriku? Kenapa ini bisa terjadi?” tangis serra.
“Bu serra, ini sering sekali terjadi ketika ia berada disekolah. Apalagi saat upacara. Bianca tidak pernah mengikuti setiap kali diadakannya upacara”
“Astaga?” sambil menutup mulut “Kenapa Bianca tidak pernah cerita padaku? Aku gagal menjadi seorang ibu. Seharusnya aku peka terhadap kesehatannya” sesak tangis serra
“Ibu tidak perlu berbicara seperti itu, mungkin Bianca tidak ingin ibu khawatir dan meresahkannya, karena menurutnya. Kau sudah terlalu lelah seharian berdagang” tiara coba menenangkan serra.

Serra menatap Bianca dengan berlinagan air mata
“aku ingin bertemu dengan dokter” serra langsung meninggalkan wali kelas dan tiara.
Bianca mengidap kanker darah stadium akhir. Ia diprediksikan tidak lama lagi untuk bertahan hidup.

“Oh tuhan, jangan ambil anakku. Aku belum menceritakan rahasia selama ini aku pendam. Aku tahu ia sangat tersiksa. Namun ia menutupinya sehingga ia menjadi seperti ini. Demi tuhan siksalah aku, jangan biarkan anakku menderita” serra berdoa dengan sesak tangis dan air matanya pun tak henti-hentinya mengalir.

***
Ketika malam tiba, Bianca terbangun.
“Nak, kamu sudah bangun?” sambil memegang wajahnya Bianca “maafkan ibu nak, selama ini ibu tidak pernah peka terhadap kesehatanmu. Ibu sudah lalai” tangis serra
“ibu, kau sudah hebat menjadi seorang ibu. Kaulah pahlawanku, kau sudah membesarkanku dengan penuh cinta dan kasih” melas Bianca dengan suara tersendat-sendat
“nak, kenapa kau tidak pernah bercerita. Bahwa kau sering mengalami jatuh pingsan? Apakah ibu terlalu sibuk? Sampai aku tidak mengetahui keadaanmu?” usap air mata serra
“bukan bu, aku tidak mau ibu terlalu mengkhawatirkanku. Aku tidak mau menambah beban ibu lagi” sentuh tangan ibunya

“aku mohon bu, izinkanlah aku untuk mengetahui rahasia ibu? Ceritakanlah bu, aku mohon”
Serra masih terdiam dan duduk ditempat dikursinya disamping Bianca terbaring. Serra bingung, harus sampai kapan ia merahasiakan ini semua kepada anaknya. Mengingat anaknya tidak lama lagi untuk hidup.
“kenapa ibu bungkam?”
“baiklah, aku akan menceritakan semuanya?” hela nafas panjang
Bianca tersenyum sumringah dengan bibir dirapatkan

“ Hidup kami bahagia kala itu apalagi ketika kau hadir. Ayahmu selalu memberikan aku dan kamu hadiah. Ia sangat perhatian dan penyayang. Ayahmu seorang pengusaha yang kaya raya. ayahmu bernama Adam Alfaero, sebenarnya namamu Bianca Adam Namun ibu menggantinya setelah kami berpisah. Kita meninggalkan ayahmu ketika kamu berusia dua tahun”

“Ketika suatu malam datanglah seorang gadis menemui ibu dirumah, ia lebih muda dari ibu. Kala itu ayahmu sedang pergi keluar kota, ia datang menangis dan meminta pertanggung jawaban kepada ayahmu, Ia hamil. Aku sontak terkejut mana mungkin suamiku tega melakukan ini padaku. Katanya ayahmu janji menikahkannya namun sudah sebulan ia tidak bertemu lagi dengan ayahmu. Ia juga memperlihatkan foto-foto mesranya bersama ayahmu. Akupun mengusir gadis itu. Aku langsung menangis tak berdaya dibalik pintu, kenapa ini bisa terjadi”

“setelah ayahmu pulang keesokan harinya, aku langsung memperlihatkan foto-foto itu kepada ayahmu. kamipun bertengkar hebat. Aku tidak sudi hidup bersama orang yang sudah mengkhianatiku. Akupun mengajakmu pergi jauh meninggalkannya” jelas siera

“ibu, apakah ayah tidak mencari-cari keberadaan kita?” tanyaku
“sebenarnya ayahmu mencari-cari kita, namun ibu mengajakmu untuk berpindah-pindah. Apakah kau ingat ketika ibu mengajakmu pergi ketika kau sedang asyik tertidur dan kita langsung pergi dan jalan sembunyi-sembunyi”
Aku mengangguk
“malam itu ayahmu datang, dan menemui kita”
“sungguh?” mataku terbelakak
Ibupun menggangguk

“ibu, terima kasih sudah menceritakan padaku. Aku sudah lama menanti saat-saat ini” senyumku “walau perih namun aku senang, akhirnya mengetahui rahasiamu yang selama ini ibu simpan hingga belasan tahun dariku”
Diam sejenak

“ibu, satu pintaku. Pertemukanlah aku dengan adam alfaero, ayahku. Aku mohon!” pintaku
“untuk yang satu ini, ibu tidak bisa mengabulkannya” jelas serra
“mengapa? Sampai kapan bu? Sampai kapan? Aku tidak mengetahui wujudnya seperti apa? Aku tidak pernah melihat fotonya. Apakah ibu tega jika aku mati. Aku tidak tenang di alam sana” pintaku desak

“sayang, aku mohon. Jangan kau berkata demikian, aku masih bertahan samapai saat ini, karena memang aku sayang padamu. Aku tidak mau kau menderita”
“tapi, tidak sadarkah ibu? Dengan ibu bersikap seperti ini. Ibu sudah membathinkan aku. Redakanlah amarahmu. Cobalah memaafkan, bukankah didunia ini tidak ada kesempurnaan bu? Sampai kapan ibu terus menyiksa dirimu, kekhawatiranmu membuat aku tidak tenang bu. Aku mohon bu. Pertemukanlah aku” tangisku

Ibu serayak sedang berfikkir dengan tatapan kosongnya dan kembali mentap wajahku
“oke, aku akan mencari keberadaan ayahmu” hela nafas panjang
“Sungguh?” aku segera meyakinkan ibu, dan ibu pun mengganguk.

***
Ia pun berangkat ke Jakarta
Setelah dua hari menjelang. Serra mengingat sebuah rumah. Serrapun langsung menuju kesana.
Ketika sampai. Ia pun dibukakan pintu oleh wanita separuh baya.

“serraaa itukah engkau” terkejut seketika “ibu” serra langsung memeluk ibu danika dimana ia adalah ibu dari adam

Tak lama mereka masuk kedalam rumah danika. Merekapun berbincang-bincang karena sejak kepergiaan ia bersama anaknya. Mereka tidak pernah bertemu

“adam sudah tiga tahun ini, menetap di kanada serra” jelasnya “aku mohon bu, demi cucumu tolonglah bicara dengan mas adam” resah serra
“lebih baik, kau yang menelpon. Pakailah telepon rumahku serra” danika menunjuk kearah telepon rumah diatas meja.
Dengan sangat ragu ia menatap telepon, tapi mengingat Bianca sedang kritis. Iapun memberanikan diri

Iapun lansung menekan nomer telepon adam yang diberikan danika. Nada sambungpun berbunyi
“iyah ibu, apakah ibu rindu lagi padaku? Hari ini sudah tiga kali ibu menelponku, aku baik-baik saja bu” terdengar suara adam dikejauhan
Seera tidak tahu harus berbicara apa, ia masih mengingat suaranya yang ramah dan membass
“ibu, kaukah itu?” tanyanya
“mmmm-mmmas adam?” serra terbata-bata “Ssssera? Kaukah disana? Aku sangat merindukanmu. Aku mohon maafkanlah aku. Dengarlah penjelasanku”
tak perlu berlama-lama serrapun langsung membicarakan pokok

“Bianca sedang kritis sekarang dirumah sakit, ia menderita kanker darah. ia ingin kau menemuinya. aku mohon dengan sangat, Bianca tidak lama lagi hidupnya.” tegas serra “oh tuhan, kenapa bisa seperti ini serra. baiklah aku akan kesana, aku rindu pada kalian. Aku ingin melihat anakku, tunggu aku”

***
Selang dua hari. Ketika serra sedang mengobrol dengan Bianca dirumah sakit, masuklah adam dan danika.

“Bianca? Cucuku” danika langsung memeluk Bianca.
Bianca tercengang melihat wanita separuh baya dan lelaki besar dan tinggi yang tampan
“kkk-kkkau nenekku?” Bianca membalas pelukan danika dan danikapun menangis dan menggangguk
“kau pasti ayahku, adam alfaero. ayah?” matanya berlinang “Bianca sayang anakku, aku sangat merindukanmu. Betapa cantiknya dirimu nak”
Suasana haru biru pun menghiasi ruangan itu

Adampun langsung menghampiri serra “serra, maafkanlah aku. Demi tuhan kala itu aku dijebak oleh perempuan itu. Ia ingin mengambil hartaku” adampun matanya berkaca-kaca
Serra hanya diam dan kepalanya berpaling
“serra, ibu sudah menceritakan semuanya kan padamu tentang kebenarannya?”
“setelah aku tahu ia menjebakku. Iapun sekarang sedang dibui untuk menerima hukuman” sambung adam

“ibu, aku mohon. Maafkanlah ayah. Aku sangat berterima kasih pada ibu. Akhirnya kau menemukan dengan ayahku sekaligus nenekku. Ibu, ayah, nenek ini adalah hal terindah yang telah aku dapatkan. Aku mohon berdamailah” pinta Bianca terisak-isak

Akhirnya serrapun memaafkan adam. Dan setelah Bianca melihat ayah dan ibunya berdamai dan berpelukan ia pun menutup matanya dengan tenang dan bahagia.

“bbbbbbb-bbiancaaaaaa” semuanya teriak dan menangis.

 ###
end


No comments: