Perkenalkan namaku Radhit Renjana
22 tahun , Aku seorang laki – laki yang terlahir dari hubungan orang tua yang
tidak harmonis, cukup dibilang orang tuaku sudah bercerai ketika aku masih
berumur satu tahun. Mereka menitipkanku pada nenekku di daerah, mereka pergi
dan tidak datang kembali, ego mereka satu sama lain tidak bisa dihentikan.
Selama ini, aku dirawat dan
dibesarkan oleh nenek yang sangat baik padaku. Ia rela merawat dan melindungiku
dengan penuh kasih cinta dan tulus, walau ia harus bekerja keras membiayaiku
sekolah dan sehari-harinya. Aku sangat berjasa padanya, aku berjanji akan
membanggakan dan membahagiakan kelak.
Aku dibesarkan bukan dari cinta
kasih seorang ayah dan ibu.
Setiap kali pembagian rapor
ketika aku masih duduk di sekolah dasar, aku iri pada mereka teman-temanku yang
kala itu didampingi oleh orang tuanya, bermanja-manja dan lainnya. Aku hanya
bisa merasakan kasih sayang seorang nenek saja. Setiap kali pembagian rapor
nenekku yang selalu hadir.
Ketika aku beranjak remaja. Kenakalanku
dimulai pada saat SMP. Jiwa pemberontak mulai aku lakukan. aku mulai mencoba
yang namanya rokok, minum-minuman beralkohol dan kenakalan lainnya. aku meluapkan
kesedihanku, aku ingin tahu, seperti apa. Orang tuaku yang tega meninggalkan
aku ketika masih bayi. Salah aku apa hingga aku serayak tidak berguna.
Akupun mulai penasaran, apa itu
perceraian?
Aku mulai mencari dimana aku
harus menemukan arti perceraian.
Aku luapkan kemarahanku pada
setiap wanita, aku bersenang-senang, aku
berhubungan dengan banyak wanita. Aku bahagia. Aku merasa ini bisa menjadi
tenang.
Hingga aku kuliah, kebiasaanku
seperti itu aku bawa.
Kuliahku tidak sampai tamat hanya
sampai semester dua,
***
Ketika dua tahun yang lalu, saat
aku baru pulang main bersama teman-temanku. Aku tiba dirumah
Saat itu diteras depan terdapat
seorang laki-laki yang berbadan besar dan berusia lanjut yang sedang mengobrol
dengan nenekku.
Dia melihatku hingga berkaca-kaca
dan hingga meneteskan air mata.
Dia menghampiriku dengan jarak
satu meter.
“radhit? Kau kah ini?” berderai
air mata “anakku, ini bapak nak?” isaknya.
Aku terkejut, tiba-tiba saja
orang belum pernah aku temui, mengaku-ngaku sebagai ayahku.
Akupun langsung menarik tangan
nenek, dan berbicara didalam rumah.
“Nek, siapa laki-laki itu? Siapa nek?
Apakah benar ia ayah kandungku yang rela pergi meninggalkanku hah?” aku
berteriak dan sangat emosi.
“Cu, yaa benar ia adalah ayahmu,
ayah kandungmu” tangisnya
Aku diam sejenak dan mengambil
napas dalam-dalam
Akupun langsung meninggalkan
nenek dan pergi dari rumah lewat pintu belakang tanpa pamit.
Aku langsung menyendiri di
sunyinya hari. Dan akupun langsung meneggak minuman beralkohol sebanyak-banyaknya
dan seakan mencari ketenangan kehidupan. Duduk disudut tak peduli lagi dengan
keramaian dunia.
Sungguh hancur diriku,
sehancur-hancurnya.
Malam yang dingin, petir yang
menyambar dan hujan yang deras, seakan langitpun tahu jika aku sedang kecewa dan
sangat marah.
***
Selang beberapa bulan
Mungkin nenekku sangat prihatin dengan
keadaanku selama beberapa hari , ia pun tak tega melihatku, akhirnya ia,
memberiku secarik kertas yang bertuliskan alamat ibu kandungku.
Akupun tak menunggu lama,
langsung mengambil tas dan baju hangat untuk pergi ke kota, menghampiri ibu
kandungku.
Aku tiba keesokan harinya, didepan rumah, tempat tinggal dimana ibu
kandungku tinggal.
Aku langsung bertemu dengan
seorang ibu yang sangat cantik, rambut panjang dan sangat terlihat ramah. Aku rasa
dialah orangnya, karena iapun melihat
aku dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Tak banyak omongan, dan tanpa
kata. Aku langsung diajak masuk kedalam rumahnya.
Ia langsung mencium dan memelukku
dengan hangat sangaaat hangat.
“Oh tuhah, berjanjilah padaku
untuk satukan kami. Jangan biarkan genggaman dan pelukannya pergi lagi” isakku dalam hati.
Kami pun saling menangis dengan
air mata yang membanjiri tulang pipi.
Akhirnya suasana sunyi senyap,
dibuka dengan ibu kandungku. Dia bercerita bahwa ia sudah menikah lagi, dan
sudah mempunyai anak.
Wajahku pun tidak berekspresi
apapun, aku tak peduli. Yang penting. Saat ini hanyalah bersamanya setelah
berpuluh-puluh tahun, akhirnya aku bisa melihat ibu kandungku, mencium aroma
tubuhnya, memegang tangannya dan memeluk ibu ku dengan erat.
****
Akupun menginap dirumah ibuku
tapi tidak lama-lama, karena akupun ada kerjaan. Akupun akhirnya pulang
ketempat nenekku.
Selama diperjalanan aku merasa
seperti mimpi dapat bertemu dengan ibu kandungku, senyumku sumringah bukan
kebayang.
Ketika aku hendak berjalan kaki
menuju rumah nenek, aku melewati masjid dan mendengar suara lantunan adzan. Aku
merasa aku belum pernah mendengar senyaman dan seindah ini. Karena memang, aku
dulu belum dekat dengan tuhan, aku tidak pernah mengerjakan sholat ataupun
mengaji, karena memang aku dulu sempat tidak peduli. Aktivitasku hanyalah
bermain bermain dan bermain.
Akupun memberanikan diri untuk
duduk di teras masjid. Suara lantunan adzan semakin keras terdengar ke
telingaku. Aku duduk disudut. Aku menangis, aku merenung, kenapa aku tidak
pernah menjalankan perintahnya, kenapa? Kenapa?
Salah satu jemaah menghampiriku
dan mengajak aku untuk sholat maghrib berjamaah. Aku bingung bukan kepalang,
karena aku tidak tahu bacaan dan gerakan
sholat.
“aku tidak bisa sholat pak?”
menatap sambil meringis
“tidak masalah, ikuti saja dulu. Baru
nanti pelajari” senyumnya yang begitu damai
Sebelum aku sholat, aku diajak
berwudhu sebelumnya. Katanya untuk mensucikan diri, lalu aku mengikuti
gerakan-gerakan yang ia lakukan.
Sholatpun dimulai, sama seperti
berwudhu tadi, aku hanya mengikuti gerakan-gerakan mereka (jamaah) saja tanpa
mengeluarkan bacaan-bacaan sholat. Setelah selesai sholat akupun meminta
ampunan pada tuhan begitu berdosa dan sangat berdosa. Akupun tak menyadari
berlinangan air mata.
Dan dari sejak itu, aku mulai
meninggalkan kebiasaan lama ku, aku mulai belajar tentang agamaku, setiap
sholat aku tak lupa bawa buku dan mengikuti bacaan dan gerakan yang tertera
jelas dibuku, aku juga berteman dengan para santri (pelajar pesantren) untuk
diajarkan, berwudhu, sholat, ngaji, dzikir dan semua tentang agamaku.
Aku mulai dekat dengan tuhan. Sedikit-sedikit
aku mulai bisa. Dan taat pada tuhan untuk menjalankan semua perintahnya.
Kesibukanku pun saat ini, hanya
bekerja dan bekerja. Aku sengaja meminta pada atasanku untuk bersibuk ria, karena
aku tidak mau masa mudaku lebih hancur dari masa laluku.
Dan saat ini, aku sudah mempunyai
banyak bawahan.
***
Sekarang aku sudah cukup dewasa, sudah mengerti baik dan buruknya untuk masa depanku nanti. semua pilihan ada ditanganku.
jika aku ingin bahagia, berarti aku harus mencari kebahagiaan
jika hidup ku tidak benar, aku juga yang merasakan.
biarlah orang tua ku sudah berpisah dan tak mungkin bersatu lagi, tapi aku tetap menerima mereka. akan aku buang jauh-jauh DENDAM yang selama ini aku lakukan dan rasakan.
Perasaan itu hanya sia-sia saja untuk dipikirkan, sekarang yang aku pikirkan. bagaimana kehidupanku kedepannya dan membina keluarga kecil yang bahagia, aku bersumpah anak-anakku kelak jangan pernah merasakan hal yang serupa denganku.
________________________________ END____________________________