Friday, June 22, 2012

AKU SIAPA?



Perkenalkan namaku Radhit Renjana 22 tahun , Aku seorang laki – laki yang terlahir dari hubungan orang tua yang tidak harmonis, cukup dibilang orang tuaku sudah bercerai ketika aku masih berumur satu tahun. Mereka menitipkanku pada nenekku di daerah, mereka pergi dan tidak datang kembali, ego mereka satu sama lain tidak bisa dihentikan.

Selama ini, aku dirawat dan dibesarkan oleh nenek yang sangat baik padaku. Ia rela merawat dan melindungiku dengan penuh kasih cinta dan tulus, walau ia harus bekerja keras membiayaiku sekolah dan sehari-harinya. Aku sangat berjasa padanya, aku berjanji akan membanggakan dan membahagiakan kelak.

Aku dibesarkan bukan dari cinta kasih seorang ayah dan ibu.

Setiap kali pembagian rapor ketika aku masih duduk di sekolah dasar, aku iri pada mereka teman-temanku yang kala itu didampingi oleh orang tuanya, bermanja-manja dan lainnya. Aku hanya bisa merasakan kasih sayang seorang nenek saja. Setiap kali pembagian rapor nenekku yang selalu hadir.
Ketika aku beranjak remaja. Kenakalanku dimulai pada saat SMP. Jiwa pemberontak mulai aku lakukan. aku mulai mencoba yang namanya rokok, minum-minuman beralkohol dan kenakalan lainnya. aku meluapkan kesedihanku, aku ingin tahu, seperti apa. Orang tuaku yang tega meninggalkan aku ketika masih bayi. Salah aku apa hingga aku serayak tidak berguna.

Akupun mulai penasaran, apa itu perceraian?

Aku mulai mencari dimana aku harus menemukan arti perceraian.
Aku luapkan kemarahanku pada setiap wanita, aku bersenang-senang,  aku berhubungan dengan banyak wanita. Aku bahagia. Aku merasa ini bisa menjadi tenang.

Hingga aku kuliah, kebiasaanku seperti itu aku bawa.
Kuliahku tidak sampai tamat hanya sampai semester dua,

***
Ketika dua tahun yang lalu, saat aku baru pulang main bersama teman-temanku. Aku tiba dirumah

Saat itu diteras depan terdapat seorang laki-laki yang berbadan besar dan berusia lanjut yang sedang mengobrol dengan nenekku.

Dia melihatku hingga berkaca-kaca dan hingga meneteskan air mata.
Dia menghampiriku dengan jarak satu meter.

“radhit? Kau kah ini?” berderai air mata “anakku, ini bapak nak?” isaknya.
Aku terkejut, tiba-tiba saja orang belum pernah aku temui, mengaku-ngaku sebagai ayahku.

Akupun langsung menarik tangan nenek, dan berbicara didalam rumah.
“Nek, siapa laki-laki itu? Siapa nek? Apakah benar ia ayah kandungku yang rela pergi meninggalkanku hah?” aku berteriak dan sangat emosi.
“Cu, yaa benar ia adalah ayahmu, ayah kandungmu” tangisnya
Aku diam sejenak dan mengambil napas dalam-dalam
Akupun langsung meninggalkan nenek dan pergi dari rumah lewat pintu belakang tanpa pamit.

Aku langsung menyendiri di sunyinya hari. Dan akupun langsung meneggak minuman beralkohol sebanyak-banyaknya dan seakan mencari ketenangan kehidupan. Duduk disudut tak peduli lagi dengan keramaian dunia.
Sungguh hancur diriku, sehancur-hancurnya.
Malam yang dingin, petir yang menyambar dan hujan yang deras, seakan langitpun tahu jika aku sedang kecewa dan sangat marah.

***
Selang beberapa bulan
Mungkin nenekku sangat prihatin dengan keadaanku selama beberapa hari , ia pun tak tega melihatku, akhirnya ia, memberiku secarik kertas yang bertuliskan alamat ibu kandungku.

Akupun tak menunggu lama, langsung mengambil tas dan baju hangat untuk pergi ke kota, menghampiri ibu kandungku.
Aku tiba keesokan harinya,  didepan rumah, tempat tinggal dimana ibu kandungku tinggal.

Aku langsung bertemu dengan seorang ibu yang sangat cantik, rambut panjang dan sangat terlihat ramah. Aku rasa dialah orangnya,  karena iapun melihat aku dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Tak banyak omongan, dan tanpa kata. Aku langsung diajak masuk kedalam rumahnya.

Ia langsung mencium dan memelukku dengan hangat sangaaat hangat.
“Oh tuhah, berjanjilah padaku untuk satukan kami. Jangan biarkan genggaman dan pelukannya pergi lagi”  isakku dalam hati.

Kami pun saling menangis dengan air mata yang membanjiri tulang pipi.
Akhirnya suasana sunyi senyap, dibuka dengan ibu kandungku. Dia bercerita bahwa ia sudah menikah lagi, dan sudah mempunyai anak.

Wajahku pun tidak berekspresi apapun, aku tak peduli. Yang penting. Saat ini hanyalah bersamanya setelah berpuluh-puluh tahun, akhirnya aku bisa melihat ibu kandungku, mencium aroma tubuhnya, memegang tangannya dan memeluk ibu ku dengan erat.

****
Akupun menginap dirumah ibuku tapi tidak lama-lama, karena akupun ada kerjaan. Akupun akhirnya pulang ketempat nenekku.

Selama diperjalanan aku merasa seperti mimpi dapat bertemu dengan ibu kandungku, senyumku sumringah bukan kebayang.

Ketika aku hendak berjalan kaki menuju rumah nenek, aku melewati masjid dan mendengar suara lantunan adzan. Aku merasa aku belum pernah mendengar senyaman dan seindah ini. Karena memang, aku dulu belum dekat dengan tuhan, aku tidak pernah mengerjakan sholat ataupun mengaji, karena memang aku dulu sempat tidak peduli. Aktivitasku hanyalah bermain bermain dan bermain.

Akupun memberanikan diri untuk duduk di teras masjid. Suara lantunan adzan semakin keras terdengar ke telingaku. Aku duduk disudut. Aku menangis, aku merenung, kenapa aku tidak pernah menjalankan perintahnya, kenapa? Kenapa?

Salah satu jemaah menghampiriku dan mengajak aku untuk sholat maghrib berjamaah. Aku bingung bukan kepalang, karena aku tidak tahu bacaan  dan gerakan sholat.

“aku tidak bisa sholat pak?” menatap sambil meringis

“tidak masalah, ikuti saja dulu. Baru nanti pelajari” senyumnya yang begitu damai

Sebelum aku sholat, aku diajak berwudhu sebelumnya. Katanya untuk mensucikan diri, lalu aku mengikuti gerakan-gerakan yang ia lakukan.

Sholatpun dimulai, sama seperti berwudhu tadi, aku hanya mengikuti gerakan-gerakan mereka (jamaah) saja tanpa mengeluarkan bacaan-bacaan sholat. Setelah selesai sholat akupun meminta ampunan pada tuhan begitu berdosa dan sangat berdosa. Akupun tak menyadari berlinangan air mata.

Dan dari sejak itu, aku mulai meninggalkan kebiasaan lama ku, aku mulai belajar tentang agamaku, setiap sholat aku tak lupa bawa buku dan mengikuti bacaan dan gerakan yang tertera jelas dibuku, aku juga berteman dengan para santri (pelajar pesantren) untuk diajarkan, berwudhu, sholat, ngaji, dzikir dan semua tentang agamaku.

Aku mulai dekat dengan tuhan. Sedikit-sedikit aku mulai bisa. Dan taat pada tuhan untuk menjalankan semua perintahnya.

Kesibukanku pun saat ini, hanya bekerja dan bekerja. Aku sengaja meminta pada atasanku untuk bersibuk ria, karena aku tidak mau masa mudaku lebih hancur dari masa laluku.

Dan saat ini, aku sudah mempunyai banyak bawahan.

***

Sekarang aku sudah cukup dewasa, sudah mengerti baik dan buruknya untuk masa depanku nanti. semua pilihan ada ditanganku.

jika aku ingin bahagia, berarti aku harus mencari kebahagiaan

jika hidup ku tidak benar, aku juga yang merasakan.

biarlah orang tua ku sudah berpisah dan tak mungkin bersatu lagi, tapi aku tetap menerima mereka. akan aku buang jauh-jauh DENDAM yang selama ini aku lakukan dan rasakan.

Perasaan itu hanya sia-sia saja untuk dipikirkan, sekarang yang aku pikirkan. bagaimana kehidupanku kedepannya dan membina keluarga kecil yang bahagia, aku bersumpah anak-anakku kelak jangan pernah merasakan hal yang serupa denganku.

________________________________ END____________________________